Alhamdulillah. Pagi hari ini kita memasuki hari ke sembilan bulan Ramadhan sekaligus pengajian ke enam kitab Nashaih al-Diniyyah yang diampu oleh Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid, yakni KH. Moh. Zuhri Zaini pada Jum’at, 31 April 2023.
Pada halaman empat, pengasuh memberikan ulasan tentang kandungan makna dri kitab yang dikaji, berkaitan dengan pentingnya seseorang mati dalam keadaan islam. Dalam kitab ini diceritakan bahwa para nabi Allah dan orang sholeh menjadikan permohonan utamanya adalah menghadap Allah dalam keadaan Islam.
Sebagaimana doa Nabi Yusuf Alaihissalam pada potongan ayat al-Qur’an :
اَنْتَ وَلِيٌّ فِى الدُّنْيَا وَ الْاَخِرَةِ تَوَفَّنِىْ مُسْلِمًا وَ اَلْحِقْنِىْ بِالصَّالِحِيْنَ
Artinya : “engkau (Allah) pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkan saya dalam keadaan muslim dan kumpulkan saya bersama orang-orang sholeh. (Q.S. Yusuf : 101).
Dalam ayat tersebut, setidaknya ada tiga pelajaran yang kita bisa ambil :
Pertama, kita seharusnya mengutamakan Allah dan menjadikannya pelindung baik di dunia dan di akhirat. Kedua, Nabi Yusuf yang merupakan seorang nabi mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah masih memohon untuk diwafatkan dalam keadaan islam, apalagi kita yang bukan ?. Ketiga, diantara sifat tawadhu Nabi Yusuf Alaihissalam adalah beliau tidak merasa sholeh bahkan memohon untuk dikumpulkan bersama orang orang yang sholeh.
Begitu juga saat penyihir utusan Raja Firaun dikalahkan oleh mukjizat Nabi Musa AS. Mereka semua tersungkur sembari berkata Amanna birabbi musa wa harun (kami beriman pada tuhannya Nabi Musa dan Nabi Harun alaihimas salam), bahkan saat raja firaun mengancam mereka dengan siksaan yang pedih, meraka tidak gentar dan berdoa:
رَبَّنَا اَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَتَوَفَّنَا مُسْلِمِيْنَ
Artinya : wahai tuhan kami, berilah kami kesabaran dan wafatkan kami sebagai orang Islam.
Oleh karena itu, tidak heran bila membawa agama Islam sampai mati merupakan wasiat para nabi terdahulu. Diantara sebagian nasehat tersebut adalah sebagaimana Allah ceritakan dalam al-Qur’an tentang wasiat Nabi Ibrahim alaihissalam pada keturunannya :
وَوَصَّى بِهَا اِبْرَاهِيْمُ بَنِيْهِ وَ يَيْعُقْوْبَ ..اِلَى قَوْلِهِ.. فَلَا تَمُوْتُنًّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Artinya : “Dan Nabi Ibrahim AS. Berwasiat kepada keturunannya dan juga wasiat Nabi Ya’qub AS. Sampai pada firman Allah maka janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan islam (Q.S. al-Baqarah: 132)
Dalam kitab ini, Imam Al-Haddad memberikan solusi agar kita meninggal dalam keadaan islam :
Pertama, Jangan menyepelekan perintah perintah Allah. Kiai Zuhri menambahkan, bilamana seseorang belum bisa istiqomah menjalankan perintahnya, maka akui kelemahan dan kesalahannya namun jangan sampai meremehkan, apalagi mengingkari kewajibannya.
Kedua, menjauhi segala maksiat dan dosa-dosa, karena ini melemahkan iman, namun berusahalah melaksanakan perintah Allah semampu kita. Andaikan suatu saat kita terjatuh pada suatu larangan, maka segera kembali pada Allah (bertaubat).
Ketiga, memohonlah pada Allah agar dianugerahi Husnul Khotimah. Disebutkan dalam kitab ini bahwa ketika seorang hamba memohon pada Allah agar Husnul Khotimah, setan berkata, “punggungku menjadi hancur bagi seorang yang meminta dengan permohonan semacam ini.
Wallahu a’lam.
Catatan Pengajian Kitab Nashoih Diniah, halaman 4 (31-03-2023).
Penulis : Muhammad Farhani (Mahasantri Semester Akhir Ma’had Aly Nurul Jadid)