Hidup adalah pilihan dan kita sebagai makhluk hanya bisa memilih mau diarahkan ke mana jalan hidup kita. Namun, tidak dengan takdir Allah. Takdir Allah tidak bisa kita menentukan sesuai dengan kehendak kita.
Jika kita tentukan semisal, “besok aku mau jalan-jalan”, namun tuhan tidak berkehendak kita keluar atau tuhan berkenan namun di tengah jalan semisal terjadi kecelakaan, kita tentunya tidak bisa menghindar dari ketentuan tuhan.
Dalam menjalani hidup, pasti mengalami berbagai macam peristiwa dan seringkali kita menggerutu, “kok bisa ini menimpaku?”, “kenapa aku tak sebahagia mereka?” dan sebagainya. Terkadang, kita yang hari ini kita mendapat kabar gembira, bisa jadi tiga jam kemudian bahagia tersebut menjelma menjadi tangisan air mata.
Hidup juga tak luput dari yang namanya ujian. Namun janji Allah adalah tidak akan menguji seorang hamba melebihi batas kemampuannya. Jadi, ketika Allah kirimkan ujian pada kita, Allah percaya kita mampu melewatinya.
Selain itu, perlu diketahui bahwa tingkat ujian itu bermacam-macam. Hal ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dari sa’id :
أَشَدُّ النَّاسِ بَلاَءً اْلأَنِبْيَاءُ ثُمَّ اْلأَمْثَلُ فَاْلأَمْثَلُ يُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلٰى حَسًبِ دِيْنه فَإِنْ كَانَ دِيْنُهُ صلبًا اِشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِي دِيْنِهِ رِقَة اُبْتُلِيُ عَلٰى حَسَبِ دِيْنهِ فَمَا يَبْرَحُ اْلبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتىٰ يَتْرُكَهُ يَمْشِيْ عَلَى اْلأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيْئَةُ .
Artinya: “Manusia yang paling dashyat cobaannya adalah para nabi kemudian orang-orang serupa lalu orang-orang yang serupa. Seseorang itu diuji menurut ukuran agamanya. Jika agama kuat, maka cobaannya pun dashyat. Dan jika agamanya lemah, maka ia diuji menurut agamanya. Maka cobaan akan selalu menimpa seseroang sehingga membiarkannya berjalan di muka bumi, tanpa tertimpa kesalahan lagi.”
Jadi, semakin tinggi gunung yang kita daki, semakin besar pula rintangan yang akan kita rintangi. Semakin tinggi suatu pohon, semakin besar pula badai yang akan ia terjang.
Dari sini dapat kita fahami bahwa semakin orang itu mulia, tinggi derajatnya, maka semakin besar pula ujian yang akan ia hadapi. Sedangkan semakin besar ujian yang Allah kirimkan, akan semakin besar pula pertolongan Allah, karena ujian di sini merupakan bukti atau tanda cinta Allah terhadap hamba-Nya.
Tujuan Allah memberikan ujian pada hambanya ialah hanya untuk menguji keimanan dan kesabaran hamba-Nya. Seberapa besar ia bersabar untuk meraih ridlo dan cinta Allah. Terkadang, Allah menganugerahkan sebuah cinta pada lawan jenis dalam diri kita, ini merupakan salah satu bentuk ujian Allah, seberapa besar seberapa kuat keimanan dan pengharapan kita pada Allah.
Berdasarkan hadis shahih di atas, Allah menurunkan ujian pada tiap hamba-Nya berdasar pada ukuran keimanan. Jika keimanan seorang hamba itu kuat, maka akan semakin besar ujian yang akan Allah turunkan. Sebaliknya, jika keimanan seseorang itu lemah, maka Allah akan menguji hambaNya sesuai dengan kadar keimanannya.
Terkadang, seseorang kehilangan uang 50 ribu susahnya masyaallah, sedihnya luar biasa. Ini merupakan tanda lemahnya keimanan seseorang. Beda halnya dengan nabi-nabi Allah, semisal nabi Ayyub A.S. yang diuji oleh Allah dengan keadaan yang beruntun. Mulai dari habisnya harta kekayaan yang ia miliki, meninggalnya semua putra-putrinya, ditimpa penyakit kulit yang mengakibatkan ia diasingkan oleh kaumnya, hingga istrinya enggan melayani, namun nabi Ayyub A.S. tetap bersabar walau Allah menurunkan ujian padanya secara berturut-turut tanpa mengeluh sedikitpun karena ia sadar bahwa segala sesuatu berasal dari Allah dan akan kembali pada Allah.
Dari hadis di atas pula disebutkan bahwa orang yang tertimpa ujian, ujian tersebut akan menghapus kesalahan/dosanya yang telah berlalu. Namun, tidak serta merta kesalahannya tersebut langsung terhapus, ada satu yang harus dipenuhi, yaitu sabar.
Ketika seorang hamba berhasil menapaki kesabaran, berarti dia telah berhasil menerjang ujian yang menimpanya dan berhasil menapaki kelas/derajat selanjutnya.
*Penulis : Safilatul Khoirot (Mahasantri Ma’had Aly Nurul Jadid)