Pentingnya memahami silaturrahim memang sangat relevan, terutama dalam konteks agama dan budaya kita. Silaturrahim memiliki nilai luhur karena mengajarkan tentang pentingnya menjalin hubungan yang baik antar sesama manusia, terutama sesama muslim.

Hadis yang Anda sebutkan mengenai keutamaan bersilaturrahim menegaskan bahwa Allah akan melapangkan rezeki dan memberikan umur panjang bagi mereka yang melakukannya.

منْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ، وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

“Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan ditangguhkan ajalnya (dipanjangkan umurnya), hendaklah ia bersilaturahim.”

Namun, pemahaman tentang takdir Allah juga sangat penting dalam konteks ini. Memang benar bahwa rezeki dan ajal telah ditakdirkan oleh Allah dan tidak dapat diubah oleh siapa pun. Sebagaimana disebutkan dalam beberapa ayat Al-Qur’an, termasuk dalam Surah Al-A’raf ayat 34 dan Surah An-Nahl ayat 61, ajal seseorang telah ditentukan oleh Allah, dan ketika waktunya telah tiba, tidak ada yang dapat meminta penundaan atau percepatan.

فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ

“… Apabila ajal mereka telah tiba, maka mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesat pun” (Q.S. al-A’raf: 34 dan an-Nahl: 61)

Para ulama hadis seperti al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani dan al-Hafizh an-Nawawi telah menjawab dan memadukan antara hadis dan ayat-ayat tersebut. Mereka berpendapat bahwa penangguhan ajal yang dimaksud dalam hadis tersebut adalah kinayah (kiasan) mengenai berkahnya usia.

Artinya, dengan sebab silaturrahim, seseorang akan diberi kemampuan berbuat ketaatan, dan diberi kemudahan untuk dapat melalui masa hidupnya dengan hal-hal yang memberikan manfaat kepadanya kelak di akhirat, sekaligus ia dijaga dari tindakan menyia-nyiakan umurnya dalam hal-hal yang tidak bermanfaat.

Jadi, hadis ini mengajarkan bahwa silaturrahim menjadi sebab bagi seseorang untuk memperoleh taufiq (kemampuan berbuat taat) dan terhindar dari maksiat. Dengan demikian, keharuman namanya akan tetap terjaga meski ia telah meninggal.

Pentingnya memahami takdir Allah yang pasti dan tidak berubah, seperti yang dinyatakan dalam Al-Qur’an, tidak mengurangi makna dan pentingnya bersilaturrahim. Bersilaturrahim tetap merupakan tindakan baik dan dianjurkan dalam agama Islam, dan Allah memberikan keberkahan serta kemudahan bagi orang-orang yang melakukannya.

Hal ini menunjukkan bahwa silaturrahim tidak hanya berdampak positif dalam kehidupan dunia, tetapi juga diakui dan diberkahi oleh Allah.

Inti dari pemahaman ini adalah bahwa kita harus tetap melaksanakan perintah Allah, termasuk bersilaturrahim, tanpa mempertanyakan takdir-Nya. Dengan melakukannya, kita dapat memperoleh manfaat dunia dan akhirat, sesuai dengan kebijaksanaan dan rencana-Nya yang pasti dan tak tergoyahkan. Wallahu a’lam.

 

*M. Izzul Faqih, Mahasantri Semester 5 Ma’had Aly Nurul Jadid.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Chat
1
Assalamualaikum, ada yang bisa kami bantu ?