Jika kita sedikit membuka wacana pemikiran,  mengenai bagaimana seorang  ulama klasik tentang kealimannya yang luar biasa, kita kurang sah rasanya jika belum mengenali sosok yang berhasil menggebrak panggung sejarah dengan mahakaryanya yang tersohor yakni kitab ar-Risalah .

Beliau  bernama Imam Syafi’I, bernama lengkap Abi Abdillah Muhammad bin Idris. Dilahirkan di Gaza, pada tahun 150 H bertepatan dengan wafatnya ulama besar pada saat itu yaitu Imam Abu Hanifah wafat di irak dan Imam Ibn Jureij Al-Makky, seorang mufti hijaz yang wafat di Mekkah, Imam Syafi’I wafat pada hari Jumat akhir bulan Rajab tahun 204H.

Imam Syafi’I Keturunan suku Quraisy. bertemu nasabnya dengan Rosulullah SAW dari Abdi Manaf bin Qushay yang merupakan kakek Rosulullah SAW yang ke tiga.

Di dalam sebuah hadist nabi, yang diriwayatkan oleh at-Toyalisii di dalam musnadnya, juga menurut Imam Al-Bayhaqi didalam kitab Ma’rifatnya bahwasanya Rasulallah SAW bersabda: ’’Jangan mencaci orang Quraisy, karena sesungguhnya orang Quraisy kealimannya memenuhi bumi.’’

Kemudian dari hadist di atas muridnya Imam Syafi’I yang bernama Imam Ahmad bin Hambal, memberikan penjelasan terkait hadist tersebut .

قال الإمام  أحمد وغيره هذا العالم هو الشافعى لأنه لم ينتشر في طباق الارض من علم

عالم قرشي من الصحابة وغيرهم ما إنتشر من علم الشافعى رضي الله عنه

Artinya:’’ Yang dimaksud orang alim disini yaitu Imam Syafi’I, tidak menyebar dihamparan bumi dari ilmunya orang alim dari bangsa Quraisy, baik dari sahabat dan selainnya sahabat ,sebagaimana ilmu yang menyebar dari  ilmunya Imam Syafi’I.’’(I’timamud Diroyah Li Qurroi Nuqoyah:25)

Imam Syafi’i merupakan salah satu dari empat imam mazhab, diantaranya: Imam Maliki, Imam Hanafi, Imam Ahmad Ibn Hanbal, kemudian Imam Syafi’i. Dimana melalui kapasitas pemikirannya sehingga mampu menguasai segala bidang keilmuan terlebih dalam hukum-hukum islam. Sehingga berhasil menyandang gelar seorang mujtahid.

Kiai Hasan Basri di dalam pengajian kitab Itmamud Diroyah li Qurroi Nuqoyah karya ulama’ yang masyhur bernama Syekh Jalaluddin as-Suyuthi menjelaskan bagaimana sifat mulianya seorang ulama mazhab yaitu seorang yang tidak peduli mau dibicarakan seperti  apa oleh orang lain tentang dirinya, karena para ulama mujtahid menempuh suatu jalan yang terus di jalan Allah SWT.

*Penulis :Hosniatul Jamaliah (Mahasantri Ma’had Aly Nurul Jadid)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Chat
1
Assalamualaikum, ada yang bisa kami bantu ?