Puasa ramadhan adalah puasa yang dikhususkan untuk umat nabi Muhammad saw. dimana puasa ramadhan termasuk rukun islam ke-empat, sehingga orang-orang terutama orang muslim tatkala telah memenuhi rukun maupun syarat puasa, maka diwajibkan untuk melaksanakan puasa ramadhan. Salah satu rukun yang harus dipenuhi yakni niat.
Mengenai kapan dilaksanakannhya niat puasa di bulan ramadhan, ulama berbeda pendapat. Madzhab ulama jumhur termasuk madzhab al-Imam as-Syafi’i berpendapat bahwasannya pada bulan ramadhan, tidak cukup melakukan satu kali niat pada awal bulan, melainkan disyaratkan untuk melakukan niat di setiap malam bulan ramadhan.
Beda halnya dengan madzhab al-Malikiyah yang menyatakan bahwasannya pada bulan ramadhan dengan melaksanakan satu kali niat diawal bulan ramadhan sudah mencukupi. Maka, dari sini diperbolehkan melaksanakan puasa ramadhan penuh dengan hanya satu kali niat pada awal bulan ramadhan.
Sebenarnya apa alasan madzhab al-Imam as-Syafi’i mensyaratkan niat pada tiap malam bulan ramadhan, sedangkan madzhab al-Malikiyah mencukupkan dengan satu kali niat pada awal bulan ramadhan?
Dalam kitab al-Fiqhu al-Islam wa al-adillatuhu halaman 549 Syekh Wahbah az-Zuhaily menjelaskannya dengan gamblang
تعدد النية بتعدد الأيام: هذا شرط عند الجمهور وليس بشرط عند المالكية فيشترط عند الجمهور النية لكل يوم من رمضان على حدة, لأن صوم كل يوم عبادة على حدة غير متعلقة باليوم الآخر بدليل أن ما يفسد احدهما لا يفسد الآخر, فسشترط لكل يوم نية على حدة.
Artinya: “jumlah niat ialah sesuai dengan jumlah hari: ini merupakan syarat ulama jumhur, bukan syarat madzhab al-Malikiyah. Maka, ulama jumhur mensyaratkan melaksanakan niat disetiap hari bulan ramadhan. Karena, puasa setiap hari merupakan ibadah yang tidak berkaitan dengan hari yang lain dengan berdalil pada ‘sesuatu yang salah satunya rusak, maka tidak dapat merusak pada yang lain’. Maka disyaratkan harus melakukan niat disetiap hari bulan ramadhan.
Kemudian Ulama’ asal Suriah itu menjelaskan niat dan alasan versi Madzhab Maliki sebagai berikut
وقال المالكية : تجزئ نية واحدة لرمضان في اوله فيجوز صوم جميع الشهر بنية واحدة وكذلك في صوم متتابع مثل كفارة رمضان وكفارة قتل أو ظهار ما لم يقطعه بسفر او مرض او نحوهما او لم يكن على حالة يجوز له الفطر كحيض ونفاس وجنون فيلزمه استئناف النية أي تجديدها فلا تكفي النية الواحدة وان لم يجب استئناف الصوم فالصوم السابق صحيح لا ينقطع تتابعه ولكن تجديد النية و تندب النية كل ليلة فيما تكفي فيه النية الواحدة ودليلهم ان الواجب صوم الشهر لقوله تعالى : (فمن شهد منكم الشهر فليصمه) [البقرة : 2/185] والشهر اسم لزمان واحد فكان الصوم من اوله الى آخره عبادة واحدة كالصلاة والحج فيتأدى بنية واحد.
Artinya: Madzhab al-Malikiyah berkata: niat satu kali diawal bulan ramadhan sudah mencukupi. Maka, boleh melakukan puasa satu bulan penuh dengan satu kali niat. Demikian pula cukup satu kali niat dalam puasa yang dilakukan secara terus-menerus, seperti kafarot ramadhan, kafarot membunuh dan kafarot dzihar selama tidak ada perkara yang dapat memutus keberlangsungan(terus-menerus) puasa. seperti melakukan perjalanan, sakit, atau semacamnya. Atau selama tidak ada keadaan yang dapat membolehkan seseorang tidak berpuasa seperti haid, nifas, dan gila. Oleh karena itu, ketika ada perkara yang dapat memutus keberlangsungan(terus-menerus) puasa yang sudah dijelaskan, maka diwajibkan untuk memperbarui niat dan tidak cukup hanya satu kali niat seklipun tidak wajib untuk memperbarui puasanya. Dan puasa yang sudah terlewat(dilaksanakan) yang keberlangsungannya tidak terputus, itu tetap dihukumi sah akan tetapi harus memperbarui niat kembali. Dan pada puasa yang dicukupkan melakukan satu kali niat, disunnahkan melakukan niat disetiap malam dengan berdalil pada ‘yang wajib ialah puasa satu bulan’ berdasarkan firman Allah: (“barangsiapa diantara kalian ada dibulan itu, maka berpuasalah”) lafadz الشهر disini ialah sebuah nama untuk satu masa/zaman. Sehingga, puasa dari awal hingga akhir bulan merupakan satu ibadah seperti sholat dan haji. Maka untuk melakukannya cukup dengan satu kali niat.
Dari keterangan diatas, dapat kita ketahui bahwa alasan madzhab ulama jumhur menyatakan niat pada bulan ramadhan tidak cukup dilakukan satu kali diawal bulan ramadhan, melainkan harus melakukan niat pada tiap malam dari bulan ramadhan, karena puasa setiap hari merupakan ibadah yang tidak ada kaitannya dengan hari lain, dengan berdalil pada :
أن ما يفسد احدهما لا يفسد الآخر
Artinya: bahwasannya sesuatu yang salah satunya rusak, maka tidak dapat merusak pada yang lain,
Dengan alasan inilah ulama’ jumhur mensyaratkan atau mewajibkan niat setiap malam dibulan ramadhan.
Berbeda dengan ulama’ jumhur, Madzhab Maliki menyatakan bahwasannya niat satu kali diawal ramadhan dianggap cukup. Artinya dengan satu kali niat diawal tadi boleh melaksanakan puasa ramadhan penuh, dengan catatan tidak ada perkara yang dapat memutus keberlangsungan(terus-menerus) puasa. seperti melakukan perjalanan, sakit, atau semacamnya atau selama tidak ada keadaan yang dapat membolehkan seseorang tidak berpuasa seperti haid, nifas, dan gila.
Oleh karena itu, ketika ada perkara yang dapat memutus keberlangsungan(terus-menerus) puasa yang sudah dijelaskan, maka diwajibkan untuk memperbarui niat. Adapun puasa yang sudah dilakukan tetap dihukuni sah .
Alasan Madzhab Maliki menyatakan demikian, dengan berdasarkan firman Allah SWT dalam surat al-baqoroh
(فمن شهد منكم الشهر فليصمه) [البقرة : 2/185]
Artinya: Barang siapa yang sudah melihat bulan, maka berpuasalah
Menurut Madzhab Maliki, lafadz الشهر ayat diatas menujukkan ialah sebuah nama untuk satu masa/zaman (satu bulan penuh). Sehingga, puasa dari awal hingga akhir bulan merupakan satu ibadah (satu kesatuan) seperti sholat dan haji. Oleh karena itu dalam puasa rmahadan cukup dengan satu kali niat.
Demikian perbedaan pendapat anatara ulama’ jumhur (Madzhab Syafi’i, Hanafi dan Hanbali) dengan madzhab Malilki. Meski berbeda, kedua kelompok ini mempunyai basis argumen yang sama sama kuat. Tapi siapa yang benar wallahu a’lam bis showah, kebanaran hakiki hanya milik Allah SWT.
*Safilatul Khoirot (Mahasantri Ma’had Aly Nurul Jadid)