Kiai Hasan Basri dalam pengajian kitab Itmamud Diroyah li Qurroi Nuqoyah karya Syekh Jalaluddin as-Suyuthi menjelaskan beberapa urutan paling utamanya manusia yang diciptakan Allah SWT di muka bumi.

Manusia pertama yang paling utama secara mutlak, yaitu Nabi Muhammad SAW. Ini selaras dengan hadis nabi yang diriwayatkan dari Abdullah ibn Abbas Ra. bahwa Rasulallah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah SWT. mengutamakan Sayyidina Muhammad SAW. melebihi penduduk langit dan para nabi.”(HR Imam al-Bayhaqi).

Kemudian dari sifat mulianya, Rasulullah SAW. mencoba memberikan ta’lim (pengajaran) kepada ummatnya tentang bagaimana cara merendahkan hati terhadap sesama atau tidak merasa paling tinggi terhadap orang lain.

Rasulullah SAW mengajarkan esensi dari sifat tawadhu. Hal ini tertera di dalam hadits nabi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Muslim bahwasanya Rasulallah SAW. bersabda:

فَقالَ النَّبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ: لا تُخَيِّرُونِي علَى مُوسَى؛

Artinya: Jangan kalian menganggapku lebih baik atas Musa.

Rasulullah juga bersabda:

مَا يَنْبَغِى لِعَبْدٍ أَنْ يَقُولَ أَنَا خَيْرٌ مِنْ يُونُسَ بْنِ مَتَّى عَلَيْهِ السَّلاَمُ

Artinya : Tidak selayaknya bagi seorang hamba mengatakan, saya (Rasulullah SAW.) lebih baik dari Yunus ibn Mata.”

Cerminan menarik di balik asbabul wurud (sabab datangnya) hadis di atas, bahwasanya dulu ada orang Islam dan orang Yahudi beradu pendapat mengenai mana yang lebih utama antara nabi kaum Yahudi (Nabi Musa AS.) dengan nabi umat Islam (Nabi Muhammad SAW.).

Umat Islam berpendapat bahwasanya Rasulullah SAW. adalah paling utama mahluk melebihi alam semesta, sedangkan umat Yahudi berpendapat sebaliknya. Akhirnya umat Islam memukul seorang Yahudi, kemudian Umat Yahudi melaporkan hal tersebut kepada Rasulullah SAW.

Kemudian dengan bijaknya Rasulullah bersabda, ’’jangan kalian menganggapku lebih baik atas Musa dan tidak sebaiknya bagi seorang hamba mengatakan, saya (Rasulullah SAW.) lebih baik dari Yunus ibn Mata.” Hadis ini juga merupakan perenungan bagi kita bagaimana sifat ketawadhuan Rasulullah SAW.

Kiai Hasan Basri juga memberikan gambaran contoh bagaimana mengaplikasi hadits tersebut pada kehidupan nyata. Contoh kecilnya adalah ketika kita dipuji oleh orang lain, sekalipun hal tersebut benar, akan tetapi bagaimana selayaknya kita untuk tetap bersikap rendah hati. Seperti jika seorang kiai berkata kepada santrinya, ”jangan panggil saya kyai”, kita sebagai seorang santri, karena menyangka ini adalah suatu perintah jangan kemudian menaati perintah tersebut, karena ini adalah salah satu sikap tawadhu. Karena di dalam Islam ada sebuah kaidah, “menjaga adab lebih utama dari pada menuruti suatu perintah.’’

Juga dalam suatu hadis, Rasulallah SAW bersabda: “jangan memanggil saya dengan dengan lafadz Sayyid,’’ jika sabda Rosullah SAW ini kita renungkan, maka ini merupakan suatu perintah, akan tapi kerena di dalam kaidah kita, “menjaga adah lebih utama dari pada menjalankan suatu perintah,” maka kita tetap memanggil Rasulallah SAW dengan lafadz Sayyiduna Muhammad SAW.

Bahkan Ibnu Athaillah mengatatakan, ’’jangan tinggalkan lafadz Sayyiduna karena di dalamnya ada Sirr (rahasia) bagi orang-orang yang melazimkan lafadz Sayyiduna.’’

Kemudian urutan kedua dari paling utamanya manusia, yaitu Nabi Ibrahim AS., Karena keistimewaannya Allah SWT. memberi gelar kepada Nabi Ibrahim AS. khalilullah (kekasih Allah SWT.) karena beliau selalu bertawakkal kepada Allah SWT.

Urutan ketiga setelah Nabi Ibrahim AS., yaitu Nabi Isa AS., Nabi Musa AS., kemudian Nabi Nuh AS., lalu tidak ditemukan riwayat mana yang lebih utama dari ketiga nabi ini. Kemudian urutan selanjutnya setelah para nabi, yaitu para malaikat yang diciptakan langsung oleh Allah dari cahaya.

Sedangakan paling utamanya malaikat, yaitu malaikat Jibril. Setelah para malaikat, yaitu sahabat nabi yang diberi gelar dengan khulafaurrasyidin (pengganti Rosulallah SAW, yang mendapat petunjuk), yaitu Abu bakar ash-Siddiq RA., Umar bin Khattab RA., Utsman bin Affan, Ali ibn Abi Thallib RA. Demikian, urutan makluk Allah SWT. paling mulia menurut Imam Suyuti.

 

*Hosniatul Jamalia (Mahasantri Ma’had Aly Nurul Jadid)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Chat
1
Assalamualaikum, ada yang bisa kami bantu ?