Pada pertemuan perdana ini Ustadz Suliyanto selaku pengampun pengajian ini menjelaskan tentang kitab yang akan di kaji, Nurul Uyun. Kitab tersebut, sebagimana penyampaian Ustadz Suli, pabgilan akrabnya benama lengkap Nurul Uyun Fi Talkhisi Siratil Amin al-ama’mun Shollalaahu alaihi wa sallam buah karya Syaikh Syamsuddin Abi Abdillah Muhammad Bin Muhammad Bin Ahmad Bin Sayyid Al-Nas.
Kitab ini merupakan ringkasan dari kitab induk beliau yang berjudul Uyun al-Atsar Fi Fununi al-Maghazi wa As-Syamail wa as-sair yang menurut muallif (pengarang) kitab ini dapat memanjakan para pembaca dalam memahami sejarah baginda Nabi Muhammad SAW, menjadi sebuah pelajaran bagi mubtadiin (para pemula) dan sebagai pedoman hidup bagi muntahi (pelajar yang sudah di level tinggi).
Di awal pembahasan ini, kitab ini menjelaskan tentang manfaat belajar sejarah Nabi Muhammad SAW yang di kutip dari Syekh Muhammad Said Ramadan Al-Buthi. Beliau berkata, bahwa seyidaknya ada empat manfaat belajar sejarah Nabi Muhammad SAW
- Dapat mengenal keperibadian beliau Nabi Muhammad SAW
- Dapat mngenalkan sosok yang sangat berpengaruh dalam segala aspek.
- Menjadikan beliau sebagai rujukan (suti tauladan) dalam melaksanakan aktivitas kehidupan sehari hari.
- Bisabmenyampaikan dakwahn ala Rosulullah SAW. Baik dalam segi akhlak, perjuangan dan lain lainnya. Oleh karenanyanyabini sangat cocok bagi para da’i.
Pertemuan kali ini, selain penjelasan di atas, Ustadz Suliyanto menjleaskan beberapa sirah awal kehiruoan Nabi mUhmmad SAW.
Nasab Nabi Muhammad SAW.
Nasab beliau dari jalur ayah adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Mutollib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Qusay bin Kilab bin Murroh bin Ka’ab bin Lu’ay bin Gwalib bin Fahr bin Malik bin Nadzir bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudor bin Nazar bin Mu’ad bin adnan. Ini merupakan nasab beliau yang telah di sepakati oleh ulama’. Adapun nasab beliau setelah Adnan sampai Nabi Adam ini masih di perselisihkan.
Sedangkan nasab beliau dari jalur ibu adalah Sayyidah Aminah binti Wahab bin Abdul Manaf bin Zahroh bin Kilab bin Murroh bin Ka’ab bin Lu’ay.
Dari nasab ini dapat kita ambil kesimpulan bahwa nasab beliau baik dari jalur ayah ataupun ibu itu bertemu sampai kilab.
Lahirnya Nabi Muhammad SAW
Beliau di lahirkan pada hari senin tanggal 12 Robi’ul Awal tahun gajah, ada yang mengatakan beliau di lahirkan pada tanggal dua, tanggal tiga dan dua belas. Adapun yang paling masyhur adalah tanggal dua belas.
Pada saat lahirnya Nabi Muhammad SAW banyak fenomena yang tidak terduga terjadi seperti berjatuhannya lambang lambang kebesaran orang yahudi, padamnya api Persia yang sebelumnya belum pernah padam selama seribu tahun dan berkurasnya sungai sawah.
Selain itu juga beliau Ustadz Suli menyampaikan fenomena besar yang tidak di sebutkan dalam kitab ini adalah munculnya cahaya di daerah mekkah dan hancurnya pasukan gajah yang hendak menyerang Kota Mekkah yang di pimpin oleh Raja Abrahah.
Orang Yang Berjasa Dalam Menyusui Rosulullah SAW
Di sebutkan dalam kitab ini bahwa salah satu perempuan yang menyusui rosulullah saw adalah Halimah Binti Abi Dzuaib Al-Hadzliyah dan Tsuwaibatu Al-Islamiyah.
Ketika dalam asuhan Halimah ini pula Allah SWT mengutus malaikat jibril untuk membersihkan (membedah) dada beliau dari kotoran kotoran syaitan. Dalam sejarahb ada empat kali peristiwa pembersihan (pembedahan) dada Rasulullah.. Pertama, pada saat beliau berumur empat tahun (ketika di susui oleh sayyidah halimah binti abi dzuaib al-hadzliyah).Kedua, pada saat beliau berumur sepuluh tahun. Kiga, pada saat beliau menerima wahyu dan yang keempat adalah pada saat beliau hendak isra’ mi’raj.
Riwayat Hidup Rosulullah SAW
Pada saat baginda Nabi Muhammad SAW berada dalam kadungan ibunya (sayyidah aminah), Ayah beliau meninggal dunia menghadap ke rahmatullah selama lamanya. Ada yang berpendapat bahwa pada saat ayahnya wafat beliau masih berumur dua bulan, ada juga yang mengatakan berumur tujuh bulan, bahkan ada yang mengatakan umur delapan belas bulan.
Sedangkan pada saat ibunya wafat, beliau masih berumur empat tahun dan ada yang mengatakan beliau berumur enam tahun. Sehingga pada saat itu di asuh oleh kakeknya, Abdul Mutollib. Tak lama kemudian, tatkala usia Nabi Muhammad SAW menginjak usia delapan tahun dua bulan sepuluh hari kakek tercinta beliaupun ikut menyusul ayah dan ibunya menghadap ke rahmatullah sehingga pada saat itu pula beliau di asuh oleh pamanya yaitu Abu Tholib.
Bersama dengan Abu Tholib baginda Nabi Muhammad SAW banyak belajar tentang dunia perekonomian terutama dalam bidang bisnis baik dengan penduduk kota Mekkah itu sendiri ataupun dengan penduduk lainnya seperti negeri Syam, Yordania, Lebanon, Suriah dan lain seabagainya.
Kemudian, ketika beliau berumur dua belas tahun, Abu Tholib mengajak Nabi Muhammad kecil pergi berdagang ke Kota Syam. Saat sampai di kota Basrah ada seorang pendeta datang menghampirinya, ia bernama Buhaira
Ketika bertemu dengan Rasulullah, Buhaira melihat fenomena alam yang tak biasa yang mengikuti Muhammad. Awan bergerak memayungi ke manapun langkah Muhammad berarah. Lalu Buhaira menghampiri Rasulullah dan memeriksa sekujur tubuhnya.
Buhaira kemudian menemukan tanda kenabian itu di pundak beliau. Yakni di antara kedua penduknya, dan lalu Buhaira mencium antara kedua pundaknya. Buhaira pun berpesan pada, paman Nabi—Abu Thalib yang kala itu membawa Rasulullah untuk berdagang—untuk menjaga keponakannya itu. Sebab, keponakan Abu Thalib itu dikatakan bukanlah orang biasa.
Pada tahun selanjutnya, Nabi Muhammad SAW pergi ke kota Syam untuk kedua kalinya bersama rombongan Sayyidah Maysaroh pelayan Sayyidah Khodijah. Di kisahkan, pada saat perjalanan ada dua malaikat yang datang menuju Rosulullah dan menaungi beliau dari panasnya terik matahari sehingga beliau istirahat sejenak di bawah pohon yang lokasinya dekat dengan tempat para bahira (pendeta atau rahib) bermuara kepada tuhanya. Bahirra itu berkata “tidak ada satupun orang selama ini yang istirahat di bawah pohon tersebut kecuali nabi Muhammad SAW.
Selanjutnya ketika beliau berumur dua puluh lima tahun dua bulan sepuluh hari Nabi Muhammad SAW menikahi Sayyidah Khodijah dan ikut andil dalam pembangunan ka’bah ketika berumur tiga puluh lima tahun, bahkan beliau sendirilah yang meletakkan hajar aswad dengan tangannya sendiri.
والله أعلم باالصواب