Nabi Isa AS, merupakan nabi yang hingga saat ini masih hidup akan turun dan kembali ke dunia saat hari akhir kelak, turunnya Nabi Isa AS juga merupakan sam’iyat dan menjadi tanda akan datang hari kiamat. Dalam kitab Itmamud Diroyah Li Qurroi Nuqoyah, Karya ulama’ besar bernama Syaikh Jalaluddin as-Suyuthi dijelaskan bahwa Nabi Isa A.S. merupakan seorang laki-laki yang terlahir dari wanita perawan bernama, Sayyidah Maryam, ibunya adalah putri dari seorang laki-laki yang bernama Imran, dari keturunan Bani Israil, yang dipilih oleh Allah SWT sebagai keluarga yang mendapat keistimewaan.
Nabi Isa AS mendapat gelar kalimatullah, karena Nabi Isa dijadikan dengan firman Allah SWT. “Jadilah! Maka jadilah Nabi Isa A.S”, sedangkan penyematan gelar ruhullah karena Allah SWT meniupkan ruh ke rahim Sayyidah Maryam binti Imron.
Rasulullah SAW telah memberikan “bocoron” menganai ciri-ciri dari Nabi Isa AS, agar kelak umat islam bisa menganalinya. Nabi Isa AS, kata Rasulullah SAW sebagaimana diriwayatkan Imam at-Thoyalisi
. “Nabi Isa A.S merupakan seorang laki-laki yang mempunyai warna kulit putih kemerahan, kepalanya seakan-akan meneteskan air, akan tetapi tidak basah, dan akan menghancurkan salib di akhir zaman nanti, membunuh babi untuk membantah atas kehalalan babi, memberikan sebanyak-banyaknya harta.”
Kyai Hasan Basri Juga menjelaskan, di akhir zaman ketika Nabi Isa A.S diturunkan, Allah SWT menghancurkan ajaran selain ajaran Islam, sesuai dengan firman Allah SWT di dalam ayat suci al-Quran surat al-Imron ayat 19 yang berbunyi:
اِنَّ الدِّيۡنَ عِنۡدَ اللّٰهِ الۡاِسۡلَامُ ۗ
Artinya: “Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah SWT hanyalah Islam.” Bahkan ketika semuanya sudah dihancurkan maka, di muka bumi akan damai tidak ada konflik. sampai digambarkan serigala dengan unta makan bersama, adapula anak kecil bermain dengan ular tapi anak kecil itu tidak dipatuk oleh ular saking damainya penduduk bumi pada waktu itu.
Dijelaskan dalam suatu riwayat hadist tentang turunnya Nabi Isa AS “Isa ibn Maryam akan turun di Menara Putih (al-Mannaratul Baidha’) di timur Damskus”. (HR Thabrani dari Aus bin Aus).
Ibnu Katsir menambahkan penjelasan, bahwa tempat turunnya Nabi Isa a.s. pada masa Imam Mahdi berada di menara putih, bagian timur masjid al-Umawi, kota Damaskus, Suriah. Setelah kedatangannya, tentara mukmin bergabung dengan Nabi Isa a.s. untuk mengalahkan Dajjal yang saat itu melaju ke arah Baitul Maqdis. Ketika Dajjal melihat Nabi Isa a.s. Dajjal larut seperti layaknya garam larut dalam air, hingga akhirnya Nabi Isa a.s. membunuh Dajjal.
Ibnu Hajar al-Asqalani yang bernama asli Ahmad bin ‘Ali bin Muhammad bin Muhammad bin ‘Ali bin Mahmud bin Ahmad. yang diberi gelar Syihabud din dan Syaikhul Islam di dalam kitabnya yakni Fath al-Bari menjelaskan: hikmah diturunkanya Nabi Isa A.S.
Pertama, untuk menepis pendapat orang-orang Nasrani bahwa mereka telah membunuh Nabi Isa A.S. karena mereka menyangka yang dibunuh dan disalib adalah Nabi Isa A.S. dengan penuh bangga kemudian disembah oleh mereka itu, maka dengan ini kesalahan mereka dibuktikan oleh Allah SWT, dengan diturunkanya Nabi Isa A.S di akhir zaman.
Kedua, Kewafatan Nabi Isa A.S. sudah dekat. Jadi, dari dulu hingga Nabi Isa akhir zaman tiba Nabi Isa A.S tidak wafat. Nanti setelah kewafatannya Nabi Isa sudah dekat, Alllah akan menurunkany kembali ke muka bumi kemudian diwafatkan, karena manusia diciptakan dari bumi dan dikubur di bumi.
Ketiga Nabi Isa A.S dulu berdoa kepada Allah SWT setelah Nabi Isa a.s. mengetahui keistimewaan Rasulallah SAW, ahklak serta kepribadian Rasulallah SAW, Nabi Isa A.S kemudian berdoa kepada Allah SWT, “yaa Allah saya ingin menjadi umat manusia itu,” karena Nabi Isa A.S. masih belum merasa sempurna sebelum menjadi umat Rasulullah SAW, maka dikabulkan oleh Allah SWT.
Kyai Hasan Basri juga memberikan perenungan bahwa kita sebagai manusia, tanpa meminta, tanpa harus mengajukan proposal, tanpa harus memohon, kita langsung dijadikan umat Nabi Muhammad SAW, maka dari itu kita harus bersyukur dijadikan salah satu golongan dari umat Nabi Muhammad SAW.
*Penulis : Hosniatul Jamalia (Mahasantri Semester 4 Ma’had Aly Nurul Jadid)