(catatan pengajian perdanan kitab al-ulama al-muajddidun karya Mbah Maimone Zubair – Sarang)

Sebelum ngaji kitab “al-ulama al-mujaddidun wa majalu tajdidihim wa ijtihadihim” yang artinya, ulama pembaharu, dan ruang lingkup dan ijtihad mereka. Ternyata isi dari kitab ini berisi tentang tema-tema baru, modern dan kontemporer dan tidak perlu dibahas dalam kitab-kitab salaf, seperti pembahasan budak yang sudah tidak relevan lagi pada saat ini.

Sebagai pembukaan pengajian khataman kitab ramadhan  (rabu/29/03/2022), Kiai Muhammad Al-Fayyadl memberikan dua alasan mengapa khataman kitab dilaksanakan secara hybrid (luring dan daring).

Pertama adalah kita wajib menggunakan teknologi untuk keperluan ilmu dan ibadah.

“Karena ilmu itu harus disyiarkan. Ilmu tidak boleh kalah dengan hiburan. Tidak boleh kalah dengan hal-hal yang menarik di luar sana. Tapi ilmu harus jauh lebih menarik. Harus lebih memiliki daya tarik, bagi umat Islam khususnya dan di masyarakat secara umum. Supaya mereka berbondong-bondong untuk ngaji, muthola’ah, istifadah,” ucap beliau.

Selain itu, beliau juga dawuh bahwa pengajian khataman kitab ini juga difasilitasi media. Hal ini kita niattidak untuk membangga-banggakan lembaga kita, Ma’had Aly Nurul Jadid. semoga jauh dari niatan itu. Tapi semata-mata kita niatkan untuk meninggikan syiar-syiar agama Islam.

Kalau kita tidak menggunakan kemajuan teknologi untuk dua kepentingan tersebut (ilmu dan ibadah), barangkali kemajuan teknologi ini kita gunakan untuk maksiat. Sedangkan maksiat itu dapat mengundang murka Allah SWT. wal ‘iyadhu billah.

Kedua, kita ingin mengisi bulan suci ramadhan ini dengan kegiatan positif dan bernilai ibadah sekaligus ilmiah. Dan, itu tugas kita sebagai tholibu al-‘ilm (pencari  ilmu). Oleh karena itu, mudah-mudahan rangkaian pengajian ini selalu dinaungi dan disertai ridho, ma’unah dan taufiq Allah SWT. Amiin.

Terakhir, alasan pemilihan kitab ini. Mengapa bukan kitab-kitab lain adalah. Salah satunya adalah jumlah halaman yang bisa dikhatamankan dalam jangka waktu seminggu. Kitab ini berisi 46 halaman (cet. Al-Anwar Sarang). Jumlah halaman dalam kitab ini ringkas dan pendek daripada kitab-kitab yang dikhatamankan di pesantren yang lebih tua.

Selain itu, kita juga tabarrukan/ngalap berkah pengarang kitab ini, yakni Alm. Kiai Maimoen Zubair yang mana beliau adalah guru masyayikh Pondok Pesantren Nurul Jadid, yaitu Alm. Dr. K.H. Moh. Romzi Al-Amiri Mannan.

Gus Fayyadl juga menyebutkan manaqib Mbah Moen sebagai bentuk pemuliaan kepada beliau. Sedikit yang beliau sampaikan yang ditulis oleh putra Mbah Moen yang bernama Kiai Najih Maimoen (Mbah Najih). Salah satu pengasuh Pondok Pesantren Sarang – Jawa Tengah.

Siapa itu Syaikhona Mbah Maimoen Zubair ?

Beliau merupakan Mudir Madrasah al-Ghaazaliah asy-Syafi’iyah, Sarang, Rembang, Jawa Tengah. Beliau lahir di Karangmangu (kamis, bulan sya’ban th. 1438 H atau kira-kira th. 1928. Di era itu, banyak masyayikh yang lahir. Beliau lahir dua tahun setelah berdirinya Nahdlatul Ulama (NU).

Gus Fayyadl pernah mendengar cerita bahwa ketika Mbah Moen lahir, Kiai Hasyim Asy’ari ini ke Sarang. Kiai Hasyim Asy’ari mendo’akan bayi yang lahir ini. Wallahu a’alm. Semoga benar. Sedangkan secara nasab, namanya itu adalah bergelar asy-syaikh, al-faqih, al-mu’arrif (ahli sejarah), al-fahhamah, al-adib (ahli sastra), al-allamah KH. Maimon Zubair bin Dahlan bin Warija bin Munandar. Nasab beliau bersambung ke atas ke bindhere sa’ud seterusnya ke wali songo.

Beliau mengaji kepada ayahnya sendiri, yakni Syaikh/Kiai Zubair dan kakeknya dari pihak ibu, Kiai Ahmad bin Syu’aib bin Abdurrozak. Dua sosok ini adalah guru Mbah Moen yang kita ketahui jalur keilmuannya.

Dari ayahnya ini beliau memperoleh nasab keilmuan sampai kepada Imam al-Bajuri. Dari ayahnya, beliau berguru kepada Syekh Mahfudz Termas. Syekh Mahfudz Temas ini merupakan musnid. Banyak mengumpulkan sanad-sanad, diantaranya Imam al-Baijuri sampai kepada al-Kabir asy-Syafi’iyah (Imam Syafi’i).

Selain itu, beliau juga sempat belajar kepada guru-guru di Mekah. Sebelum ke Mekah, beliau juga pernah belajar ke PP. Lirboyo. Tepatnya kepada Kiai Abdul Karim (Mbah Manaf), Kiai Marzuki Dahlan dan Kiai Mahrus Ali (dua menantu dari Kiai Abdul Karim).

Ketika beliau melanjutkan pengembaraan ilmu ke Mekah, beliau berguru kepada Sayyid Muhammad Alwi Al-Maliki (Abuya Sayyid Alwi Al-Maliki) di Masjidil Haram. Dan, juga mengaji kepada ahli ushul fikih dan syaikhul muhadits, yakni Syaikh al-Imam Hasan Massyat. Dan, juga kepada Syekh Muhammad Amin al-Quthbi, Syekh Muhammad Yasin bin Isa al-Fadani.

Kalau kita lihat banyak sekali sanad-sanad keilmuan Mbah Moen ini mengutip jalur Syaikh Yasin. Memang Syaikh Yasin paling banyak menurunkan sanad para ulama di Indonesia.

Dan, kita kira sudah mengetahui peran Mbah Moen. Peran besar di Nahdlatul Ulama (NU) dan kehidupan kita di Indonesia. Yang jelas, beliau merupakan ulama besar yang melahirkan banyak kiai. Termasuk diantaranya para masyayikh yang muncul hari ini, seperti Kiai Baha’uddin Nur Salim (Gus Baha) dan Alm. K.H. Moh. Romzi Al-Amiri Mannan.

Mbah Moen juga cukup dekat dengan guru-guru di Nurul Jadid. Antara lain, Kiai Ahmad Sufyan Arifin, Kiai Hasan Abdul Wafi.

Sedikit catatn juga tentang kitab ini adalah kitab ini merupakan kitab yang unik. Kitab ini mirip dengan skripsi/salaf. Kitab ini penuh dengan catatan kaki (foot note). Hal ini tidak biasa. Seorangg kiai backgorund pesantren salaf mengarang kitab dengan banyak footnote. Ini menunjukkan wawasan Mbah Moen itu sangat luas. Beliau juga mengadopsi wawasan modern. Temanya juga luar biasa, yakni ulama-ulama pembaharu.

Di dunia modern ini, kita melihat fenomena bahwa ulama dikritik, bahwa terkesan ulama disaingi otoritas keilmuannya oleh intelektual muslim, sarjana muslim dan  akademisi muslim. Yang pandangan-pandangannya -kita bisa jumpai- bertolak belakang dengan pandangan ulama.

Sehingga ulama seperti dikesankan sebagai kelompok terbelakang dan konservatif. Tapi kalau kita baca kitab ini, justru para ulama adalah kelompok yang terdepan di dalam merespon pelbagai persoalan. Terkait diskusi, pengajian ini tidak membuka ruang diskusi karena sifatnya khataman. Silahkan bagi para pembaca untuk mengkaji dan memperdalam materi di luar pengajian ini. Sekian. Terimakasih.

By Alfin Haidar Ali

Mahasantri Semester Akhir Ma'had Aly Nurul Jadid

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Chat
1
Assalamualaikum, ada yang bisa kami bantu ?