Ma’hadAly.Enjhe – Setelah lama tak pernah ada pengajian kitab Ihya’ Ulumiddin sejak alm. Kiai Romzi masih sakit dulu, pada kamis (26/11) ini, pengajian kitab tersebut aktif kembali. Sosok yang akan mengaji (baca: mengajar) didepan para mahasantri Ma’had Aly Nurul Jadid adalah Kiai Muhammad al-Fayyadl.

Sekitar pukul 05.00 wib beliau rawuh (baca: datang) di Ma’had Aly Nurul Jadid dengan menggunakan payung karena saat itu sedang gerimis. Pengajian perdana itu dilaksanakan di lantai dua marhalah I’dadiyah.

Sebelum memberikan pengajian, Kiai Muhammad al-Fayyadl memberikan pra-kata atau prolog terlebih dahulu sebagai pembukaan pada pengajian perdana tersebut. Diantaranya adalah alasan beliau berkenan menerima pengajian ini dihadapan santri Ma’had Aly.

Ada tiga alasan Cucu kiai Hasan Abd. Wafi tersebut mau menerima tawaran untuk mengaji kitab Ihya’ Ulumiddin. pertama, faktor ihya’ sendiri. Walaupun satu paragraf. Karena banyak fadhilah atau keutamaan didalamnya.

Diantaranya sedikit keutamaannya adalah, Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf pernah mengatakan tidaklah orang yang mengaji Ihya’, keluar dari majelis itu, dadanya akan terbebas dari penyakit hati atau mendapatkan suatu makrifat atau diangkat derajatnya oleh Allah. Tapi kalau orang yang keluar dari majelis Ihya’, kemudian tidak merasakan apa-apa didadanya, maka ia harus bertobat.

“Karena bisa jadi ia pernah melakukan dosa besar. Ini peringatan luar biasa. Jadi hati-hati. Tidak gampang orang yang ada di majelis ihya’ ini. Karena kalau tidak ada efek/rasanya ngaji ini, maka dikhawatirkan orang itu tertutup hatinya. Takutnya ia itu sedang dalam keadaan -naudzubillah- yang mengundang murka Allah. Coba cek hati kita. Kalau setelah ngaji ihya’ ada perubahan, berarti hati kita mendapat manfaatnya. Kalau tidak ada perubahan berarti harus introspeksi. Semoga tidak tertutup hati kita.” ungkap ra Fayyadl.

Kedua, tabarrukan pada kyai Romzi. Kiai yang akrab dengan panggilan ra fayyadl tersebut mengaku bahwa posisinya disini bukan sebagai pengganti. “Tapi kita harus meyakini bahwa kiai Romzi masih mendampingi dan menjadi referensi kita dalam mengaji.” ujar ra Fayyadl.

ketiga, hasil dari istikharah ra Fayyadl. Dalam mimpinya, ra Fayyadl melihat laut yang terbelah menjadi dua. Satu bagian air tawar dan satu bagian lagi air asin. Ra Fayyadl khawatir, sepeninggal kyai Romzi, apa-apaa yang telah dimulai oleh beliau banyak yang putus. Termasuk mengaji kitab Ihya’ ini. Akhirnya, ra Fayyadl berkenan untuk menerima tawaran mengaji kitab di Mahad Aly Nurul Jadid.

Ra Fayyadl juga memberi tahu bahwa pengajian ini akan dilaksanakan setiap rabu dan kamis. Hari selasa ra Fayyadl tidak bisa karena ada pengajian tersendiri di wilayah ar-Rumi (G). Waktu dimulainya sekitar pukul 05.00 s/d 05.10 wib dan pengajian berlangsung selama tiga puluh hingga empat puluh lima menit.

Selain itu, ra Fayyadl juga membuka sesi tanya jawab kepada santri. Sekitar satu hingga dua pertanyaan diakhir pengajian. Untuk santri Putri bisa bertanya melalui tulisan yang pada nantinya dijawab oleh ra Fayyadl melalui pengeras suara yang disambungkan ke wilayah al-lathfiyah.

“Mungkin nanti saya dapat istifadah (mengambil faidah, red) pada pertanyaan-pertanyaan kalian. Karena tentunya banyak yang akan dipertanyakan. Nanti akan saya jawab sebisanya. Kalau tidak saya akan bertanya pada guru kita semua.” ungkap ra Fayyadl.

 

By Alfin Haidar Ali

Mahasantri Semester Akhir Ma'had Aly Nurul Jadid

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Chat
1
Assalamualaikum, ada yang bisa kami bantu ?