Pada Rabu (23/08), mahasantri putri Ma’had Aly Nurul Jadid (MA-NJ) melaksanakan rutinitas baru dengan mengikuti Dars Subuh (kajian subuh, red) melalui platform online. Kegiatan tersebut diisi oleh Habib Umar bin Hafidz dalam rangkaian rihlah dakwah beliau di Indonesia.
Kajian tersebut berasal dari Masjid Al-Akbar Surabaya dan para mahasantri Ma’had Aly Nurul Jadid menyimaknya di musholla al-Lathifiyah melalui sentuhan teknologi proyektor untuk memperbesar layar. Kajian ini dapat ditonton melalui chanel youtube Nabawi TV.
Keputusan ini justru meningkatkan semangat belajar mahasantri dalam mengikuti kajian pagi secara khusyuk. Bahkan, pemangku wilayah dan musyrifah turut hadir untuk mendukung kegiatan ini.
Pelaksanaan acara nonton bareng (nobar) Kajian Subuh Habib Umar merupakan inisiatif dari pemangku wilayah, merespons antusiasme pemangku wilayah dan mahasantri untuk terlibat langsung dalam kajian tersebut.
“Sebelumnya ada yang menyampaikan bahwa jumlah santri saya sangat banyak, lalu saya berpendapat, ‘cukup bagi mereka untuk menonton melalui live streaming, itu juga termasuk mereka yang belajar di bawah bimbingan saya,” ujar pemangku wilayah sehari sebelum pelaksanaan kajian online.
Lebih dari sekadar menonton, pemangku wilayah mewajibkan semua mahasantri untuk aktif mencatat inti dari apa yang disampaikan oleh Habib Umar, sebagai bagian integral dari proses pembelajaran. Hasilnya, kajian berlangsung dengan khidmat, walaupun para mahasantri harus menyaksikan live streaming sejak salat subuh dilakukan oleh Habib Umar bersama jamaah Masjid Al-Akbar Surabaya. Banyak dari mahasantri yang merasa diuntungkan oleh kegiatan kajian online ini.
“Alhamdulillah, sangat senang bisa mengikuti kajian Habib Umar. Ini memenuhi keinginan saya dan teman-teman yang sangat ingin menghadiri kajian tersebut langsung di Surabaya,” ungkap salah satu mahasantri semester 1 saat diwawancarai.
Sepanjang kajian, materi yang disampaikan oleh Habib Umar memberikan nilai-nilai positif bagi para mahasantri. Dalam kajiannya, beliau mengedepankan bagaimana menjadi santri dan muslim sejati dengan menghindari tiga jebakan ilmu, yakni riya’ (ketidakikhlasan), ‘ujub (kebanggaan diri), serta kurangnya perhatian terhadap zikir dan wirid.
Habib Umar juga tidak jarang menyertai penyampaian kajiannya dengan doa-doa, yang tidak hanya diikuti oleh jamaah virtual, tetapi juga jamaah non-virtual, terutama mahasantri MA-NJ.
Reporter : Liwa bintu Qurtubi, Mahasantri Mahad Aly Nurul Jadid