Diantara banyaknya ibadah yang ada, berdzikir adalah salah satu ibadah yang sangat dianjurkan dan mudah dilakukan. Dzikir sendiri berasal dari kosa kata bahasa arab yang artinya “mengingat”. Ibadah yang satu ini merupakan ibadah yang diperintahkan oleh Allah SWT kepada hamba-Nya dan ditujukan untuk-Nya. Dalam Al-qur’an Allah berfirman:
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ (البقرة:152)
Artinya; “ingatlah kalian kepadaku, niscaya aku akan mengingat kalian(melimpahkan rahmat dan ampunan-Nya), dan bersyukurlah kalian kepadaku dan janganlah kalian ingkar kepadaku” (Al-baqarah:152)
Berdzikir tidak harus melafalkan kalimat-kalimat berbahasa Arab seperti kalimat Tauhid (La ilaha illallah), Hamdalah (Alhamdulillah), Hauqolah (Laa haula wa la quwwata illa billah), dan sebagainya. Dzikir dapat dilakukan dengan mengingat keesaan Allah, kekuasaan-Nya, dan segala sesuatu yang bergantung pada-Nya. Esensi dzikir bukanlah dari segi lafadz (bacaan) atau banyaknya dzikir (kuantitas), melainkan dari kehadiran hati atau khusyu’ ketika membaca dzikir. Dengan demikian, dzikir adalah segala perbuatan atau urusan yang dilakukan dengan niat lillahita’ala dan ketaatan kepada Allah.
Fadhilah dzikir sudah tidak perlu diragukan lagi adanya, bahkan dikisahkan dalam sebuah kitab, berdasarkan hadits:
سُئِلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, اُيُّ الْاَعْمَالِ اَفْضَلُ؟ فَقَالَ: أَنْ تَمُوْتَ وَ لِسَانُكَ رَطْبٌ بِذِكْرِ اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ ,رواه ابن حبان والطبراني في الدعاء و البيهقي في الشعب من حديث معاذ (المغنى ص 296)
Pada suatu waktu Rasulullah ditanya, “amal apakah yang paling afdhal (utama) wahai Rosulullah?” lalu beliau menjawab “Ketika kamu meninggal dan lisanmu basah disebabkan berdzikir kepada Allah Azza Wa Jalla”. Subhanallah, hal tersebut menunjukan betapa mulianya dzikir sehingga orang yang berdzikirpun mendapatkan imbas kemuliaannya.
Selain merupakan ibadah yang mulia dan mudah dilakukan, dzikir juga merupakan ibadah yang banyak memiliki faidah tak kalah dengan ibadah-ibadah lainnya. Bahkan Syekh Muhammad Bin Alwi Al-maliki Al-hasani dalam kitabnya Qul Hadihi Sabilii pernah menjelaskan bahwa terdapat kurang lebih 100 faidah yang dapat diperoleh dengan cara berdzikir. Diantara faidah-faidah tersebut berdasarkan kutipan dari beberapa kitab adalah:
- Mengusir setan yang merupakan musuh manusia, dijelaskan dalam Al-qur’an:
إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا..(الفاطر:6)
Artinya; “Sungguh setan itu musuh bagimu maka perlakukanlah ia sebagai musuh” (Al-Fathir:6)
Setan memiliki kebiasaan menggoda anak adam dengan membisikan keburukan pada hati manusia, hal ini sering terjadi ketika manusia sedang dalam keadaan lupa atau lalai pada Allah SWT dan kewajibannya. Ketika manusia kembali mengingat Allah maka setan akan menjadi kecil dan tersembunyi bahkan dikatakan akan seoalah-olah menjadi seperti lalat. Inilah yang kemudian dinamakan dengan Waswas Al-khannaas , yang terdapat dalam surah An-naas
- Menghilangkan kesusakah dan kesedihan, menumbuhkan rasa senang dan gembira, dijelaskan dalam Al-qur’an:
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ(الرعد:28)
Artinya; “(yaitu) orang-orang yang beriman yang hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram. (Ar-Ra’du:28)
Tidak ada obat untuk hati yang hampa melainkan kembali mengingat Allah ta’alaa, salah satunya dengan cara berdzikir.
- Menerangkan wajah dan hati
- Memudahkan datangnya rezeki, seperti yang terdapat dalam salah satu surah Al-qur’an:
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّه يَجْعَل لَهُ مَخْرَجًا{2} وَيَرْزُقهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِب وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا (3) (سورة الطلاق(2-3:
Artinya; “…barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu” (At-Thalaq:2-3)
Definisi takwa ialah mematuhi segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya, baik secara sembunyi-sembunyi (keadaan sendiri) atau terang-terangan. Ketakwaan bisa muncul karena adanya Khosyah (rasa takut kepada Allah), salah satu sebab adanya Khosyah adalah dengan cara berdzikir. Disinilah kemudian mengapa salah satu faidah berdzikir yakni dapat memudahkan datangnya rezeki.
- Memberikan aura kewibawaan
- Meninggikan derajat seorang hamba, seperti maqam mahabbah yang mana dijelaskan bahwa maqam ini adalah ruhnya agama dan sumber kebahagian. Sebagaimana Allah menjadikan adanya sebab untuk setiap perkara, maka sebab dari mahabbah sendiri adalah terus-menerus berdzikir. Dengan begitu seorang hamba dapat sampai pada maqam tersebut dengan istiqomah berdzikir.
- Setara dengan Jihad fisabilillah (berjuang di jalan Allah)
Selain faidah-faidah diatas, masih banyak lagi faidah-faidah lainya yang bisa di dapatkan dari ibadah yang satu ini, salah satunya yang cukup unik dan jarang diketahui dijelaskan dalam hadits riwayat Imam At-tirmidzi adalah:
مَنْ دَخَلَ السُّوْقَ فَقَالَ لاَ اِلَهَ اِلاَّ الله وحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِي وَ يُمِيْتُ وَهُوَ حَيٌّ لاَ يَمُوْتُ بِيَدِهِ الْخَيْرُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌكَتَبَ اللهُ لَهُ اَلْفَ اَلْفٍ حَسَنَةً وَ مَحَا عَنْهُ اَلْفَ اَلْفٍ سَيِّئَةً وَرَفَعَ لَهُ اَلْفَ اَلْفٍ دَرَجَةً (رواه الترمذي)
Hadits tersebut menjelaskan bahwa barang siapa yang masuk ke sebuah pasar dan kemudian dia berdzikir dengan membaca laa ilaha IllaAllah wahdahu laa syariika lahu, lahulmulku wa lahulhamdu yuhyii wa yumiitu wa hua hayyun la yamuutu biyadihilkhoiru wa hua ‘alaa kulli syaiin qodiirun, maka akan dituliskan baginya sejuta kebaikan, dihapuskan sejuta keburukan, dan dan diangkat sejuta kali derajatnya. Subhanallah, betapa banyaknya faidah-faidah yang dapat didapatkan dengan cara berdzikir.
Seharusnya, setelah mengetahui faidah-faidah diatas, jiwa kita akan lebih termotivasi untuk selalu berdzikir. Tak perlu muluk-muluk dengan ketentuan kuantitas ataupun kehususan secara lafdhziyah, cukup dengan istiqomah pasti akan jauh lebih nilainya dibandingkan sebaliknya.
Tentunya, selain faidah diatas masih banyak lagi faidah-faidah dzikir lainnya yang belum sempat diketahui oleh sang fakir, Wallahu a’lam.
Author: Amania Riskiyani R.