Ma’hadAly.Enjhe – Ma’had Aly Nurul Jadid mengadakan nonton bersama (nobar) seminar “Mewaspadai Pemalsuan dan Manipulasi Terselubung Dalam Kitab Kuning” pada sabtu (30/10). Seminar yang di adakah oleh Lajnah Ta’lif Wa an-Nasr (LTN) PWNU Jawa Timur ini diadakan secara virtual melalui Zoom dan siaran langsung di youtube. 

Acara pelaksanaan ini dibagi menjadi dua tempat: Kantor Ma’had Aly dan Musholla Al-Amiri. Mahasantri putra di kantor Ma’had Aly sedangkan mahasantri putri bertempat di Musholla Al-Amiri. 

Acara yang di fasilitasi oleh Media Center ini di mulai pada jam 19:00 WIB dan hanya diikuti oleh mahasantri semester III, V da VI.  Menurut Koord. Media Center Ma’had Aly, Ahmad Qusyairi, acara nobar ini merupakan intruksi dari mudir Ma’had Aly Nurul Jadid,  K. Muhammad al-Fayyadl,  M. Phil. ” Acara ini memang intruksi langsung dari mudir kita melalui Naib Mudir II untuk di lanjutkan ke Media Center Ma’had Aly,” tutur Ustaz dari Probolinggo ini.

Seminar dalam rangka hari santri ini menghadirkan dua penyaji utama: Kiai Muhammad Mujab Mashudi dan Ahmad Ginanjar Sya’ban, ahli filologi yang dimiliki oleh Nahdlatul Ulama’ sekaligus pngasuh Pondok Pesantren Sabilur Rosyad Malang Jawa Timur.

Menurut Kholilah, salah satu mahasantri mengatakan bahwa kegiatan nobar seperti itu perlu diadakan lagi. Karena sangat bermanfaat dan membantu para santri agar lebih berhati-hati dalam mengkaji suatu kitab agar terhindar dari fenomena pemalsuan.

“Selain untuk mengisi kekosongan kegiatan, kegiatan ini juga sangat bermanfaat bagi para santri agar berhati-hati dalam membaca kitab-kitab kuning, ” ucap mahasantriwati asal pulau Madura itu.

Kiai Muhammad Mujab Mashudi menjelaskan tentang pentakhrifan terselubung yang di lakukan oleh Wahabi, misalnya pada tahun 2011, “Saat saya ngaji kitab kepada KH.  Maemon Zubair dengan menggunakan kitab terbitan mesir, terdapat sebagian teks yang hilang atau sengaja dihilangkan. Jika beliau ngaji suatu kitab dan ternyata terdapat teks yang hilang, beliau dawuh “ngantuk, ngantuk” dimana beliau memaksudkan penerbitnya bukan pengarang” kenang kiai Mujab

Tidak jauh berbeda dengan kiai Mujab, Ahmad Ginanjar Sya’ban juga menyinggung masalah manipulasi kitab-kitab yang isinya terdapat sebagian teks yang hilang.

Sebenarnya, untuk membuktikan benar tidaknya suatu teks kitab bisa dengan cara mentahqiq. Masih menurut Ahmad Ganjar Sya’ban,  sebelum men-tahqiq terdapat satu hal yang menjadi muqoddimah yang harus diketahui oleh para santri  yaitu memahami ilmu tarikh at-turos, tutur Alumnus Al-Azhar University tersebut.

“Saya ingin ilmu tahqiq ini diterapkan di beberapa pesantren terutama Ma’had Aly dimana takhossusnya fokus pada ilmu tahqiq”. Ujar Kiai yang juga dosen UNUSIA Jakarta itu. Terakhir Bpk. Ginanjar berpesan, “Dalam membeli kitab, jangan hanya melihat harganya yang murah tapi juga lihat tahqiqnya supaya terhindar dari fenomena pemalsuan”, pungkasnya.

By Alfin Haidar Ali

Mahasantri Semester Akhir Ma'had Aly Nurul Jadid

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Chat
1
Assalamualaikum, ada yang bisa kami bantu ?