Dalam islam, ada sebuah kewajiban penghambaan seorang hamba kepada tuhannya, Allah SWT. Kewajiban tersebut, berlaku kepada setiap muslim yang mukallaf ( terkena beban hukum) serta terlepas dari mawani’nya (penghalangnya) seperti haid, nifas dll.
Biasanya setiap ibadah mempunyai waktu-waktu tersendiri yang sudah diatur sedemikian rupa oleh syariat. Allah berfirman
ان الصلاة على المؤمنين كتابا موقوتا .
Artinya : sesungguhnya ibadah sholat wajib bagi orang mu’min di waktui. Sholat subuh misalnya mempunyai waktu antara terbitnya Fajar hingga terbitnya matahari (baina tulu’i fajri shodiq ila tulu’i as-syamsi). Sedangkan dhuhur dimulai dari tergelincirnya (Zawal as-Syamsi ) sampai terciptanya bayangan serupa (dhillil mislain) begitu juga dengan ashar, magrib dan isya’. Ia memiliki rentang waktu tersendiri, yang mana apabila sholat di kerjakan melewati batas waktu tersebut sholatnya tidak sah dan wajib di qodo’ ( ganti).
Jika di perhatikan, setiap waktu yang disediakan oleh syariat pasti memiliki rentang tertentu, antara satu waktu dan lainnya. Tentu antara satu dengan yang lain berbeda-beda, ada yang panjang ada yang pendek. Oleh karenanya dalam fikih kemudian dikenal dengan yang namanya awal waktu, dan akhir waktu atau di sebut juga dengan waktu ikhtiyar, jawaz, tahriim dll. persoalanya kemudian, manakanh waktu yang lebih utama ( afdol) awalkah, pertengahankan atau, akhirkah?
Mengenai hal ini, Imam Suyuti dalam kitab Asybah Wa Nadhair menuliskan :
[كُلُّ عِبَادَةٍ مُؤَقَّتَةٍ فَالْأَفْضَلُ تَعْجِيلُهَا أَوَّلَ الْوَقْتِ
“Setiap ibadah yang di waktui, maka yang lebih utama adalah menyegerakannya di awal awal waktu.”
Namun meski demikian, masih ada beberapa pengecualian sebagai berikut :
إلَّا فِي صُوَرٍ: الظُّهْرُ فِي شِدَّةِ الْحَرِّ، حَيْثُ يُسَنُّ الْإِبْرَادُ، وَصَلَاةُ الضُّحَى أَوَّلُ وَقْتِهَا طُلُوعُ الشَّمْسِ، وَيُسَنُّ تَأْخِيرُهَا لِرُبْعِ النَّهَارِ، وَصَلَاةُ الْعِيدَيْنِ يُسَنُّ تَأْخِيرُهَا لِارْتِفَاعِ الشَّمْسِ، وَالْفِطْرَةُ أَوَّلُ وَقْتهَا غُرُوبُ شَمْسِ لَيْلَةَ الْعِيدِ، وَيُسَنُّ تَأْخِيرُهَا لِيَوْمِهِ، وَرَمْيُ جَمْرَةِ الْعَقَبَةِ، وَطَوَافُ الْإِفَاضَةِ، وَالْحَلْقُ، كُلُّهَا يَدْخُلُ وَقْتُهَا بِنِصْفِ لَيْلَةَ النَّحْرِ. وَيُسْتَحَبُّ تَأْخِيرُهَا لِيَوْمِ النَّحْرِ]
1. Sholat dhuhur ketika sangat panas yang sekiranya sampai disunnahkan untuk berdingin-dingin
2. Sholat dhuha awal waktunya terbitnya matahari tapi disunnahkan di akhirkan sampai seperempat siang.
3. Sholat ied, yang disunnah diakhirkan sampai meningginya matahari
4. Zakat fithrah, yang waktunya adalah terbenamnya matahari malam ieed, tapi disunnahkan untuk di akhirkan sampai hari ied.
5. Melempar jumroh aqobah, thawaf ifadhah, mencukur semuanya dimulai dari separuh malam nahr, tapi di sunnahnkan mengakhirkannya sampai hari nahr. Kesimpulannya adalah setiap ibadah yg mempunyai rentang waktu lebih utama di kerjakan di awal waktu.
Referensi :
[الأشباه والنظائر] الكتاب الرابع في أحكام يكثر دورها ويقبح بالفقيه جهلها.]
Ach. Qusyairi, S.E.
Dosen Ma’had Aly Nurul Jadid.