Al-Kaʿbah dalam agama Islam adalah bangunan suci yang juga disebut sebagai Baitullah. Ia menjadi pusat kiblat bagi umat Muslim dari seluruh dunia saat melaksanakan ibadah shalat fardhu.

Sebelumnya, umat Muslim menjadikan Baitul Maqdis sebagai kiblat, namun kemudian diubah menjadi Ka’bah sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an, surat Al-Baqarah ayat 144:

قَدْ نَرى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّماءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضاها فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرامِ وَحَيْثُ ما كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ وَإِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتابَ لَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ وَمَا اللَّهُ بِغافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ

“Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.”

Ka’bah telah dibangun kembali beberapa kali dalam sejarah, terutama oleh Nabi Ibrahim AS dan putra beliau, nabi Ismail AS. Perbedaan pendapat mengenai pembangunan Ka’bah dapat ditafsirkan dalam surat Al-Imran ayat 96:

إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِلْعَالَمِينَ

“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.”

Namun, saat ini ada tuduhan syubhat dari pihak-pihak liberal yang menyamakan umat Muslim dengan penyembah berhala dengan dalih menyamakan Ka’bah dengan berhala. Hal ini bisa mempengaruhi mereka yang lemah iman.

Namun, perlu dipahami dengan jelas bahwa Ka’bah dan berhala adalah dua hal yang berbeda dari segala aspek dan keadaannya. Ka’bah pada dasarnya adalah bentuk perlawanan terhadap penyembahan berhala. Ia dibangun pertama kali oleh nabi Ibrahim dan nabi Ismail untuk memberantas penyembahan berhala. Peristiwa penghancuran berhala-berhala tersebut dipandang dari pendekatan rasional. Selain itu, Ka’bah bukanlah suatu obyek sembahan bagi kaum Muslim, tetapi mereka menghormatinya karena Allah SWT yang dihormati, dan Allah menunjuknya menjadi kiblat setelah Baitul Maqdis.

Oleh karena itu, Ka’bah adalah sebuah tempat suci yang dijadikan kiblat dalam ibadah umat Muslim, tetapi tidak pernah disembah sebagai berhala. Ka’bah adalah simbol kesatuan dan keesaan Allah bagi seluruh umat Muslim, dan keyakinan utama mereka adalah tauhid, yakni keyakinan atas keesaan Allah semata.

Dalam menghadapi tuduhan-tuduhan yang salah atau menyesatkan, penting bagi umat Muslim untuk memperdalam pemahaman agama mereka dan terus belajar agar dapat membela keyakinan dengan argumen yang tepat. Lebih dari itu, penting juga untuk memahami perbedaan dan keunikan setiap keyakinan dan ajaran agama agar tercipta dialog dan pemahaman yang lebih baik di antara berbagai kelompok masyarakat.

 

*Leny Nur Kholisoh M., Mahasantri Ma’had Aly Nurul Jadid sekaligus Anggota Majalah KAMAL.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Chat
1
Assalamualaikum, ada yang bisa kami bantu ?