Pemimpin adalah seseorang yang memiliki peranan penting dan sangat berpengaruh dalam kehidupan suatu organisasi atau (negara). Jika Pemimpin itu baik, jujur, dan amanah dapat dipastikan rakyatnya akan makmur dan sentosa, namun sebaliknya jika pemimpinnya tidak jujur, tidak amanah, niscaya rakyatnya akan sengsara.

Selain itu pemimpin adalah seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain untuk mencapai suatu tujuan bersama. Oleh karenanya, Islam memberikan pedoman terkait dalam memilih pemimpin yang baik yang sesuai dengan ajaran agama Islam.

Seperti Apakah Pemimpin Yang Sesuai Dengan Perspektif Agama Islam.?

Dalam al-Qur`an Allah SWT. memerintahkan bagi umat Islam untuk memilih pemimpin yang beriman sebagaiman firman Nya.

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu), sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (QS. al-Maidah: 51).

Islam juga memandang kepemimpinan sebagai salah satu sifat yang dimilikki oleh setiap manusia yang hidup dimuka bumi ini. Sebagaimana hadis Nabi Muhammad SAW yakni: “ Setiap manusia adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawabannya kepada orang-orang yang telah dipimpinnya.”

Di mana masing masing dari mereka juga memiliki hak yang sama untuk bisa memimpin atau mengendalikan satu sama lain. Untuk itu, Islam juga memberikan kreteria model pemimpin yang baik. Antara lain:

  1. Beriman dan Bertaqwah Kepada Allah SWT

Seorang pemimpin harus memiliki kepemimpinan yang baik dan luhur, dapat diartikan sebagai sesuatu yang harus berlandaskan pada dasar-dasar agamanya termasuk iman dan taqwa kepada Allah SWT.

Di samping itu seorang pemimpin bisa mengarahkan rakyatnya terhadap perkara yang baik, juga menjaukan dari perkara yang buruk

Rasulullah SAW, barsabda yakni “Seorang muslim wajib mendengar dan ta’at terhadap seorang (pemimpin) muslim dalam apa yang disukai atau tak disukai, selama tidak memerintahkan dalam kemaksiatan. Apabila ia diperitahkan dalam kemaksiatan maka tidak wajib mendengar dan menta’atinya” (HR. Ibn Umar r.a)

  1. Siddiq (Jujur)

Selain dapat menegakkan Imamah dan Imaroh, seorang pemimpin juga harus memiliki sifat yang ditanamkannya melalui jiwa kepemimpinannya. Di sini sifat seorang pemimpin haruslah jujur (As-Shiddiq). Tidak hanya jujur, melainkan mereka diharapkan mampu menanamkan jiwa kebenaran yang dilakukannya untuk mencapai tujuan bersama.

Dari Hasan Basri bahwa Ubaidillah bin Ziyad menjenguk Ma’qil bin Yasar r.a bahwa Rasulullah bersabda: Aku sudah mendengar Rasulullah saw bersabda : Tiada seorang hamba pun yangg diamanati oleh Allah memimpin rakyat, di saat ia mati dirinya masih dalam menipu rakyatnya, kecuali Allah mengharamkan baginya syurga.

  1. Bersikap Adil

seorang pemimpin diharuskan memiliki keaktifan serta aspirasi yang bisa menanamkan jiwa kepemimpinannya secara benar dan adil. Di dalam Islam seorang pemimpin harus menyampaikan apa yang benar dan apa yang salah, tampa harus memilah pada satu pihak dengan pihak yang lain.

Sementara pemimpin yang tidak adil, akan memimpin sesuai dengan selera dan kepentingan orang-orang yang mengitarinya. Dampaknya masyarakat tidak akan mendapatkan keadilan.

Hal ini sesuai dengan perintah Allah, dalam firmanNya: “Wahai orang orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan karna Allah, (Ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karna adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sunggu Allah maha meneliti terhadap apa yang kamu kerjakan” (QS. Al Maidah:8)

  1. Amanah (Terpercaya)

Tidak hanya as-Siddiq dan at-Tabligh, melainkan juga harus amanah. Amanah dalam Islam dapat diartikan sebagai kepercayaan yang diembannya seorang pemimpin. Di dalam Islam kepercayaan seorang pemimpin harus benar-benar dijaganya. Hal ini menunjukan jika dalam jiwa kepemimpinannya, ia adalah orang yang dapat dipercaya untuk mengemban tugas dan tanggung jawabnya kepada orang banyak.

Yang mana seorang pemimpin kelak akan dimintai segalah pertanggung jawabannya atas apa yang ia kerjakan didunia,

Hal ini juga dipertegas akan firman Allah SWT yang berbunyi:“Kelak pada hari kiaman nanti, Kami akan menutup mulut-mulut mereka, dan berkatalah kepada Kami mengenai tangan dan kaki mereka yang akan memberikan kesaksian tentang apa yang telah mereka perbuat selama hidupnya”. (QS. Yasin: 65).

  1. Fathonah (Cerdas)

Seorang pemimpin juga harus menanamkan jiwa atas kemampuan yang dimiliknya. Bukan berarti ia menyombongkan atas dimilikinya. Melainkan dapat menempatkan kemampuan dan daya intelektualnya pada hal-hal yang bisa meningkatkan sebuah kemajuan bersama.

Pemimpin mutlak memiliki sifat cerdas, Karena pemimpin itu ialah yang dicontoh dan diteladani rakyat dalam segala hal. Mulai dari keputusannya, tutur katanya, sifat-sifatnya, penampilannya, bahkan pakaiannya.

Sebaliknya, kalau pemimpin tidak baik, tidak cerdas, tidak jujur, tidak benar, tidak amanah, dan tidak adil, maka rakyat bisa rusak karena akan ada rakyat yang menjadi pengikut buta yang mengikuti dan membenarkan segala keputusan dan tindakan yang diambil pemimpin. Allah mengutus Nabi Muhammad SAW menjadi rasul agar manusia dan umatnya memiliki sosok pemimpin yang bisa diteladani, dicontoh dan ditiru. Hal itu ditegaskan Allah dalam Alqur’an:

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu contoh teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah.” (QS. AlAhzab: 21).

Oleh karena itu, rakyat harus berjuang supaya mempunyai pemimpin yang baik yaitu yang cerdas, adil, jujur, benar, amanah yang mampu menyampaikan pandangan dan programnya kepada rakyat secara baik.

  1. Tidak Otoriter

Otoriter adalah sifat untuk memaksakan kehendak orang lain. Sifat ini sama halnya seperti egois atau hanya mementingkan dirinya sendiri dan tidak mau mendengarkan nasehat atau saran dan masukan dari orang lain.

Dalam hal ini Islam sangat tidak menyukai pemimpin yang memiliki sifat otoriter seperti ini. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

Diriwayatkan dengan sanadnya dari ‘Aidz bin Amru r.a, ketika dia masuk pada Ubaidillah bin Ziyad berkata : Hai anakku, aku mendengar Rasulullah saw bersabda : Sesungguhnya sejahat-jahat pemimpin yakni yang kejam (otoriter), sehingga jangan sampai kau tergolong dari pada mereka. Maka Ubaidillah berkata kepadanya:”Sesungguhnya kamu adalah bagian dari sahabat Nabi yang rendah”. Maka dijawab: apakah ada sahabat Nabi yang rendah? Sesungguhnya kerendahan itu ada di generasi sesudahnya dan di selainnya.

  1. Menjalin Kerjasama

Seorang pemimpin diharapkan mampu memenuhi semua tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya dengan baik dan selesai tepat waktu. Hal ini menjelaskan jika kerjasama antar sesama pemimpin juga harus dilakukan demi tujuan bersama untuk memajukan sebuah bangsa dan negaranya.

Allah SWT, berfirman dalam Al qur’an yakni: “Tolong-menolonglah kamu dalm hal kebaikan (ketaqwaan) dan jangan tolong-menolonglah kamu dalam hal dosa atau kemaksiatan.” (QS. 5 : 2)

  1. Memberantas Kezaliman

Di dalam Islam kezaliman merupakan sebuah sikap dan tindakan yang sangat dilarang. Untuk itu, Islam menganjurkan jika seorang pemimpin selain menjauhkan dirinya dari sikap dan tindakan tercela seperti ini. Mereka juga memiliki tugas dan tanggung jawab untuk memberantas adanya kezaliman pada kelompok atau organisasi yang dipimpinnya.

Maka dapat diartikan jika seorang pemimpin harus menerapkan hal baik dalam masa kepemimpinannya. Bukan berarti jabatan atau kedudukannya dimanfaatkan untuk hal-hal yang justru merugikan bagi orang lain. Hal ini juga telah dijelaskan dalam firman Allah SWT yang berbunyi:

Dan Kami jadikan diantara mereka adalah pemimpin-pemimpin yang dapat memberikan petunjuk dengan perintah Kami. Dan mereka telah menyakini ayat-ayat Kami.” (QS. As-Sajadah: 24).

 

Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan. Sekaligus menjadi jawaban atas pentingnya  memilih pemimpin yang baik menurut agama Islam, beserta kreteria-kreteria yang sudah disebutkan diatas dalam memilih untuk dijadikan sebagai pemimpin.

Selain itu pemimpin merupakan kebutuhan dasar manusia yang terlahir sebagai makhluk yang berkeadaban, oleh karna itu kepemimpinan bersangkut paut dengan kemakmuran suatu bangsa dan negara.

 

Wallahu’alam bissowab.

Deni Al Farizi, (Mahasantri Aktif Ma`had Aly Nurul Jadid)

 

 

 

 

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Chat
1
Assalamualaikum, ada yang bisa kami bantu ?