Di ceritakan bahwa dulu ada seorang yg bernama Ka’ab al-Akhbar. Ia adalah salah satu diantara sahabat yang sebelumnya beragama yahudi. Nama aslinya Abu Ishaq Ka’ab bin Mati’ al-Himyari, beliau berasal dari Yahudi Yaman yang kemudian Hijrah ke Madinah. Ka’ab al-akhbar termasuk golongan tabiin yang masuk Islam saat ke Khalifahan Umar bin Khattab. Konon ia masuk Islam setelah mengetahui isyarat kenabian Nabi Muhammad, melalui sifat-sifat yang ada dalam kitab Taurat.
Di ceritakan bahwa Ka’ab bin Akhbar biasa mengaji kitab taurat kepada ayahnya, namun ada satu lembar yang tidak di ajarkan oleh ayahnya, lembaran kertas itu di sobek lalu di masukkan ke dalam peti oleh ayahnya. Ka’ab bin Alhabar pun penasaran, namun ia tidak mempunyai keberanian untuk melihatnya, ia khawatir ayahnya marah. Meski demikian, rasa penasaran itu tetap abadi dalam benaknya. Saat ayahnya meninggal, kesempatan itu terbuka, maka di bukalah kotak (sunduq) yang berisikan sobekan dari kitab taurat itu. Ka’ab terkejut saat mengatahui isi dari sobekan kertas itu, ia tidak menyangka bahwa yang di simpan rapat dan tidak di ajarkan itu berisi tentang kabar, akan datang ya nabi akhir zaman. Bahkan di situ di sebutkan beberapa kriterianya, seperti lahir di Mekkah, hijrahnya ke Madinah, kekuasaan di Syam, umatnya adalah paling baiknya umat.
Ketika Rasulullah mulai memperkenalkan risalahnya, Ka’ab mendengar tentang munculnya beliau, sosok yang mempunyai sifat seperti yg di jelaskan dalam kitab tauratnya. Maka, ia segera pergi menemui Umar bin Khatthab dan masuk Islam. Mendung kegelapan telah tersingkap oleh pancaran cahaya matahari, isyarah yang berusaha di ditutupi oleh awan kedunguan dan keangkuhan di singkap oleh angin panasaran. Ia (ayahnya) berusaha mengelabuhi Allah, dengan cara menyimpan isyarah kenabian Nabi Akhiruz Zaman, namun Allah menunjukkan kuasanya, dengan menggerakkan hati putranya (Ka’ab) untuk selalu penasaran terhdap apa yang disembunyikan ayahnya.
Maha benar firman Allah dalam QS.Al-Baqarah [2]:9] :
يُخَادِعُونَ اللّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلاَّ أَنفُسَهُم وَمَا يَشْعُرُونَ “
Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.”
Referensi : Maulid Dibaiyah, al-Hadist al-Tsani Wikipedia Islam. Co
*Ach. Qusyairi, S.E.
Dosen Ma’had Aly Nurul Jadid