PAITON­- (5/10/2024), Dewan Mahasantri Ma’had Aly Nurul Jadid dan aktivis peneleh melangkah bersama  untuk menyelenggarakan acara bedah buku yang bertempat dia aula II Pondok Pesantren Nurul Jadid.

Acara yang bersifat umum ini membedah buku yang berjudul 2024: Hijrah Untuk Negeri Kebangkitan Atau Kehancuran? karangan Assoc. Prof. Dr. Aji Dedi Mulawarman beliau merupakan Ketua Pembina Yayasan Peneleh Jang Oetama sekaligus Dosen Akuntansi Universitas Brawijaya.

Acaran bedah buku ini dihadiri oleh K. Muhammad Al-Fayyadl M. Phil selaku mudir ma’had aly nurul jadid, Nyai Hj Lathifah Wafi Dewan Penasihat Ma’had Aly Nurul Jadid, KH Hilman Zidny Romzi, bapak Robby Zidni Ilman ZF M.Ag Dosen Universitas Islam Zainul Hasan Genggong sebagai pembedah satu, bapak Imanuddin Abil Fida MIRKH Dosen Study Al Quran Institut Ahmad Dahlan sebagai pembedah dua, dan juga dihadiri oleh ratusan peserta yang turut memeriahkan acara tersebut.

kerjasama ini bermula dari aktivis peneleh sowan ke Gus Fayyadl yang kemudian mereka mendapat saran dari beliau untuk mencoba melakukan kerja sama dengan dema.” Ungkap presiden dema nurul jadid priode 2024-2025

Menurut Deni alfarizi selaku Presiden Dema priode 2024-2025 mengungkapkan bahwa tujuan utama dari kerja sama ini adalah untuk meningkatkan kesadaran generasi muda, khususnya di lingkungan pesantren, mengenai pentingnya menjaga negara dan peran aktif dalam kehidupan bermasyarakat. Selain itu, kolaborasi ini juga bertujuan memperkuat hubungan baik antar organisasi, baik di dalam maupun di luar kampus

“Tujuan dari kegiatan ini adalah meningkatkan kesadaran generasi muda tentang pentingnya menjaga negara, sekaligus membangun hubungan yang baik antar organisasi, selain itu diharapkan bagi generasi muda bangsa untuk menuangkan pemikiran-pemikiran positif guna demi kemajuan negara ” jelasnya saat diwawancarai usai acara yang diadakan di Auditorium Nurul Jadid.

Dalam acara tersebut, sambutan disampaikan langsung oleh ketua panitia, perwakilan aktivis Peneleh, dan Mudir Ma’had Aly Nurul Jadid, K. Muhammad Al Fayyadl, yang sekaligus membuka acara bedah buku secara resmi.

Dalam sambutannya, K. Muhammad Al Fayyadl menyampaikan sebuah tawaran pemikiran yang unik mengenai solat sebagai model peradaban. “Bisakah kita menjadikan solat itu sebagai model peradaban?” tanyanya. Beliau kemudian mengajak peserta untuk merenungkan makna setiap gerakan dalam salat. “.Setiap gerakan solat sebenarnya adalah cermin gerakan peradaban. Ketika orang melakukan salat, dia berdiri, rukuk, sujud, lalu bangun lagi. Ini mencerminkan perjalanan peradaban. Ada saatnya kita merendah, ada saatnya bahkan kita menghinakan diri kita di hadapan Allah dengan bersujud, tapi ada saatnya kita bangkit.”

Beliau Gus Fayyadl menekankan bahwa salat mengajarkan sikap sosial dan kepedulian terhadap sesama. “Ketika kita mengucapkan salam ke kanan dan ke kiri, itu melambangkan kepedulian kita terhadap kehidupan sosial di sekitar kita. Bahkan saat kita berdiri dalam salat, yang melambangkan puncak kemajuan, kita tetap harus menundukkan pandangan ke tempat sujud sebagai bentuk ketawadu’an. Ini adalah pesan simbolik yang sangat kuat, bahwa meskipun peradaban maju dengan segala kemegahan teknologinya, kita harus tetap ingat kepada siapa kita harus bersujud,” jelasnya.

usai  memberikan sambutannya, K. Muhammad Al Fayyadl menyampaikan bahwa beliau tidak dapat mengikuti seluruh diskusi karena keperluan lain.

Setelah sambutan mudir ceremonial tersebut ditutup dengan pembacaan doa yang di pimpin oleh KH. Hilman Zidny Romzi dengan harapan acara ini berjalan lancar dan penuh dengan barokah. Alhamdulillah, acara ini berjalan dengan lancar mulai awal 13.00 hingga 16.45, dan dilanjut dengan sesi foto bersama sebagai bentuk kenang-kenangan.

 

Happy Nur, Semester 3 Mahasantri  Ma’had Aly Nurul Jadid 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Chat
1
Assalamualaikum, ada yang bisa kami bantu ?