Tadi malam, tepatnya pada ahad malam sabtu (11/04) kegiatan semarak Ramadhan yang berupa khataman kitab-kitab di Ma’had Aly Nurul Jadid resmi di mulai. Saya kebagian untuk menulis catatan ngaji kitab waroqot, sebuah kitab klasik-dasar tentang ushul fikih yang insyaallah akan dikhatamkan oleh mahasantri semester empat dan enam.

Awalnya, pengajian akan dilaksanakan di depan kamar. Akan tetapi, setelah ada telepon dari salah seorang ustazah, bincang sana-sini, akhirnya pengajian kitab ini dialihkan ke musholla. Pengajian kitab dilaksanakan putra-putri.

Pengajian khataman kitab ini diampu oleh Ust. Taufiqurrahman. Salah seorang tenaga pengajar alumnus PP. Bata-Bata – Madura.

Pertemuan perdana, beliau memberikan pengenalan seputar kitab waroqot dan ushul fikih. Kata beliau, kitab waroqot ini seperti kitab mabadi’ fikih dalam ilmu fikih.

“Kalau dibilang sama seperti fathul qarib, tidak bisa kan. Kan banyak pembahasan yang tidak dibahas di kitab waroqot.”

Selain itu dalam kitab ini, kita juga perlu mengenal istilah yang biasa digunakan dalam mengaji kitab tersebut.

  1.  Untuk redakai kitab bagian luar kotak dan tanda kurung itu namanya adalah kitab waroqot karya Imam Haramain.
  2. Untuk redaksi kitab yang diluar kotak dan di dalam kurung itu namanya kitab syarh waroqot karya Syekh Jalaluddin Al-Mahalli.
  3. Untuk redaksi kitab yang berada di dalam kitab itu namanya kitab hasyiyah waroqot karya syekh Ahmad bin Muhammad ad-Dimyathi.

Kitab yang dikaji di Ma’had Aly Nurul Jadid adalah hasyiyah waroqot karya syekh Jalaluddin al-Mahalli.

Pada pertemuan tersebut, sempat dibahas terkait sedikit profil singkat pengarang kitab waroqot. Nama lengkap beliau adalah Abul Ma’aly Dhiya’ al-Din Abdul Malik bin Abdullah bin Yusuf bin Muhammad al-Juwaini.

Beliau lahir pada tahun 419 h. Beliau kemudian dijuluki dengan Imam haramain karena ia pernah menjadi mufti Mesir dan guru ilmu fikih mazhab Syafi’i di Mekah dan Madinah (Haramain).

Sedangkan nama al-Juwaini ini nisbat pada nama daerah asalnya, Juwain, yang masuk daerah Naisabur. Setelah menghabiskan waktu di Haramain selama empat tahun, beliau kembali ke daerah asalnya.

Seorang wazir sangat mengagumi kecemerlangannya. Akhirnya ia dibangunkan sebuah madrasah bernama madrasah Nidzamiyah. Ia mengajar dan menjadi pimpinan disana kira-kira selama 30 tahun.

Kemudia Imam al-Juwaini atau Imam Haramain ini wafat pada tahun 478 H. Duka mendalam sangat dirasakan orang-orang di Naisabur hingga pasar-pasar tutup untuk menghormati kepergiannya.

Disisi lain, beberapa ulama meringkas bahkan membuat nadzam terhadap kitab waroqot. Diantaranya yang men-syarahinya adalah syekh Abdul Latif al-Minagkabawi dengan kitabnya yang berjudul an-nafahat. Ulama’ yang membuat nadzam atau syair yakni Syekh Syaroffuddin Yahya al-‘Imrithi dengan kitab tashil at-Thuroqot.

Selain itu, Ust. Taufiq juga menjelaskan mabadi’ asyrah atau sepuluh hal pengenalan terhadap suatu fan kelimuan. 10 hal tersebut adalah :

1. Definisi.

Ushul fikih adalah ilmu untuk mengetahui keadaan dalil-dalil dan hukum-hukum syar’i untuk digunakan dalam menetapkan hukum-hukum dengan dalil yang bersifat umum (ijmal).

2. Objek

Objek kajian ushul fikih adalah dalil-dalil umum (ijmal) yang dilihat dari fungsinya untuk menetapkan hukum-hukum syariat.

3. Hasil atau buah

Hasil seseorang menguasai ilmu ushul fikih adalah mengetahui metode pengambilan hukum para mujtahid

4. Keunggulan

Ilmu ushul fikih itu salah satu ilmu yang paling mulia karena seseorang tidak akan sampai kepada Allh kecuali dengan mengetahui syariat. Sedangkan syariat tidak akan terwujud kecuali setelah mengetahui hukum-hukum syariat yang telah ditetapkan dalil-dalil syariat melalui ushul fikih.

5. Hubungan (nisbat)

Ilmu ushul fikih merupakan asas dari ilmu fikih. Karena fikih tidak akan menjadi fikih seperti sekarang ini apabila tidak ditetapkan oleh dalil-dalil syariat. Sementara menetapkan dalil-dalil syariat dari sumber – sumber hukum tidak akan bisa kecuali dengan ilmu ushul fikih.

6. Pencetus
Pencetus atau penggagas ilmu ushul fikih adalah Imam as-Syafi’i.

7. Nama

Ilmu ushul fikih

8. Sumber

Sumber dari ilmu ushul fikih adalah al-quran dan al-hadits.

9. Hukum mempelajari

Hukum mempelajarinya adalah fardhu kifayah. Jadi apabila ada sebagian orang atau satu orang saja, maka kewajiban orang lain didaerah tersebut sudah gugur.

10. Permasalahannya

Permasalahan dalam ilmu ushul fikih adalah hal-hal berkaitan dengna status dalil dan kaidah-kaidah cara menetapkannya menjadi sebuah hukum syariat.

Demikianlah sepuluh prinsip dasar pengenalan terhadap suatu fan keilmuan yang biasa dikenal dengan nama mabadi’ asyaroh dalam dunia pesantren.

Untuk pemaknaan kitab, ust. Taufiq mengartikan lafadz basmalah dan amma ba’du. Beliau kemudian menutup pengajian dikarenakan masih banyak santri putri yang belum memiliki kitab ini waroqot tersebut.

Tabik,
Alfin Haidar Ali

By Alfin Haidar Ali

Mahasantri Semester Akhir Ma'had Aly Nurul Jadid

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Chat
1
Assalamualaikum, ada yang bisa kami bantu ?