Seperti biasa, disela-disela pengajian kitab Ihya’ Ulumiddin yang diampu oleh Mudir Ma’had Aly Nurul Jadid, yakni KH. Romzi Al-Amiri Mannan, beliau menceritakan cerita-cerita yang syarat akan hikmah -dan tentunya masih sesuai dengan tema atau bab yang sedang dibahas pada pengajian tersebut.
Seperti yang dituturkan beliau tadi pagi. Beliau menceritakan bahwa terdapat seorang pemuda berambut gimbal, berkaos oblong, pakaian yang kurang sopan memasuki masjid. Pemuda yang tampak sebagai seorang preman brandalan.
Ternyata, para kyai kita juga berbeda sikap dalam menyikapi orang tersebut. Seperti yang terjadi pada Kh. Hasan Abdul Wafi-Paiton* dan KH. Ahmad Shiddi-Jember*. Bahwa bila Kyai Hasan Abdul Wafi bila bertemu orang seperti tersebut sedang memasuki kawasan masjid, Kyai Hasan Abdul Wafi selaku mertua beliau akan marah-marah. Di karenakan orang tersebut tidak menghormat pada pemilik baitullah, yakni Allah SWT.
Beda halnya menurut KH. Ahmad Shiddiq. Beliau sangat bersyukur bila ada pemuda berpenampilan seperti preman tersebut masuk masjid. Karena menurut beliau,masih ada pemuda yang berminat ke masjid daripada keluyuran di jalanan atau ditempat-tempat yang tidak jelas. Lebih baik masuk masjid dan beribadah.
Dari cerita tersebut, Kyai Romzi menerangkan bahwa Kyai Hasan Abdul Wafi ini berarti menilai seseorang dari Dzahirnya. Tapi, kyai Romzi tidak mengomentari sikap dari KH. Ahmad Shiddiq.
Dari perbedaan ini, kita bisa mengambil hikmah. Dalam menilai seseorang, yang secara ketat menghukumi sesuatu seperti yang dilakukan Kyai Hasan Abdul Wafi, kita juga tau alasan baik dibalik kejadian tersebut. Begitu pula sebaliknya, seperti yang dilakukan KH. Ahmad Shiddiq, kita juga semakin tau alasan baik dibalik kejadian tersebut.
Untuk lebih mengenal KH. Hasan Abdul Wafi, silahkan klik link dibawah ini :https://www.nuruljadid.net/biografi-kh-hasan-abdul-wafi
Begitu pula dengan KH. Ahmad Shiddiq-Jember :
https://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_Shiddiq