Di kalangan para pencari ilmu, khususnya di kalangan pesantren kerap membahas tata cara dan adab untuk mencari ilmu yang baik, agar ilmu yang di dapatkan bermanfaat dan barokah untuk diri dan sekitarnya. Kitab yang menjadi standar etika yang biasa digunakan adalah kitab ta’lim al-muta’allim karya Syekh Az-Zarnuji.
Kitab ini ditulis dalam bentuk kalam natsar (narasi) yang menjelaskan etika dan akhlak yang seharusnya ada pada seorang santri. Banyak sekali para ulama yang membahas perihal etika mencari ilmu. Tapi adakah kitab karya ulama Indonesia yang mengarang nadzam sekaligus menjadi syarih (pen-syarah) kitab tersebut ?
Maka jawabannya adalah ada. Ternyata ada ulama Indonesia yang menggubah syair sekaligus men-syarahi dari kitab ini. Dia adalah Alm. Dr. K.H. Moh. Romzi Al-Amiri Mannan.
Ulama asal Madura ini menyusun kitab bernama haqibah al-maghonim yang berisi nadzam ta’lim al-muta’allaim. Tak hanya disitu, Kiai Romzi juga men-syarahi (menjelaskannya) susunan nadzam tersebut dalam bentuk kalam natsar (narasi).
Kiai Romzi menjelaskan syair demi syair itu tidak terpaku pada kitab ta’lim al-muta’allim. Akan tetapi ia menambahinya dengan referensi lain yang membuat kitab ini semakin bergizi dan bervariasi. Setelah semua syarah itu selesai, kitab ini pun dinamai dengan kitab bustanul ‘azaim fi syarhi haqibatul maghonim ‘ala nazham ta’limil muta’allim.
Kitab ini biasa dikaji di beberapa wilayah atau daerah di Pondok Pesantren Nurul Jadid. Bahkan Kiai Romzi sendiri yang mengampu pengajian ini. Sehingga kita dapat leluasa dan langsung bertanya kepada pengarangnya.
Kitab ini kecil dan praktis sehingga mudah untuk dibawa kemana mana. Dari sisi nadzam, kitab ini berjumlah 100 bait. Selain itu, di dalamnya hanya berisi 10 bab serta 35 rujukan refrensi kitab yang salah diantaranya dari kitab Ihya’ulumuddin karangan Imam Al Ghozali dan kitab i’anah ath-tholibin karangan Syekh Abu Bakar Syatho. Oleh karenanya, kitab ini sangat pas dikaji oleh para tholabil ilmi.
Mushonif mengarang kitab ini lantaran anak era sekarang sudah melupakan tujuan mereka menuntut ilmu. Sehingga mushonnif untuk pembukaan bab pertama beliau menerangkan terlebih dahulu mengapa kita harus mencari ilmu.
Dalam fasal tentang niat ketika belajar. Disini mushonnif menerangkan tentang niat awal yang harus kita punya sebagai orang yang sedang tholabul ilmi. Sebab niat merupakan landasan utama agar kita dapat terus semangat dalam belajar, agar tidak putus asa serta mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan barokah.
Saya kutip sedikit tentang penjelasan beliau mengapa kita harus menuntut ilmu dalam kitabnya yaitu:
فِيْ قَلْبٍ مَعَ اِزَالَةِ الْجَهْلِ كَذَ # يَنْوِى رِضَااللهِ وَاِبْعَادِ الْاَذَى
Artinya : Berniat untuk ridho allah dan untuk menghilangkan penyakit dalam hati serta menghilangkan kebodohan.
Nah, yang dimaksudkan dalam hal ini adalah bahwa kita sebagai penuntut ilmu harus berniat awal untuk mencari ridho allah dan untuk menghilangkan penyakit hati antara lain yaitu hasad, iri, dan sejenisnya serta untuk tidak menjadi orang bodoh.
Semoga kita termasuk orang orang yang memiliki niat yang benar dalam menuntut ilmu sebab niat merupakan hal inti dalam mencari ilmu serta mendapatkan ilmu yang manfaat dan barokah. Amin.
Nama kitab : bustanul ‘azaim fi syarhi haqibatul maghonim ‘ala nazham ta’limil muta’allim.
Pengarang : Alm. Dr. K.H. Moh. Romzi al-Amiri Mannan, S.H. M.H.I.
Halaman : 108
Tentang : etika dalam belajar & cara mendapatkan ilmu yang barokah serta manfaat
Jumlah bait : 100
*Syarif Ubaidillah, Anggota Kelas Literasi Badan Eksekutif Mahasantri (BEMs) Ma’had Aly Nurul Jadid.