Imam Al-Bukhari dalam kitab Sahihnya menuturkan bahwa para Ummahat al-Mukminin istri-istri Rasulullah ﷺ, termasuk Sayyidah Aisyah radhiyallahu anha, selalu menunda mengqadha puasa Ramadhan ke bulan Sya’ban, mengapa?
Imam Ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam Fath al-Bari Syarh Sahih al-Bukhari menjawab, karena mereka selalu sibuk menyiapkan diri untuk melayani Rasulullah demi membahagiakan beliau dan mengharap ridhanya, sedang mereka tidak tahu kapan mereka dibutuhkan oleh beliau. Mereka khawatir, jika mereka berpuasa akan terkendala keinginan beliau untuk berhubungan badan dengan mereka, subhanallah.
Hal ini, menurut Al-Asqalani, karena Nabi tidak tidur bersama istri yang tidak sedang dalam jatah gilirannya. Dengan latar belakang tersebut, para istri Nabi tidak pernah meminta izin untuk berpuasa karena khawatir di antara mereka ada yang sedang dibutuhkan oleh Rasulullah ﷺ secara mendadak. Seandainya pun mereka meminta izin, Rasul pasti tidak akan berkeberatan untuk mengizinkannya, tetapi mereka khawatir hal tersebut membuat pelayanan terhadap kebutuhan beliau tidak utuh dan, pada gilirannya, bisa mengusik kecintaan beliau pada mereka.
Lalu mengapa bulan Sya’ban yang mereka pilih untuk mengqadha Ramadhan? Syaikh Mustafa Dib al-Bagha dalam komentarnya atas Fath al-Bari Syarh Sahih al-Bukhari (III/35) menjawab, karena di bulan inilah Rasulullah paling banyak berpuasa dibandingkan dengan bulan-bulan lain seperti disebutkan dalam banyak riwayat.
Nah, pada hari-hari Rasulullah berpuasa itulah mereka menyempatkan diri mengqadha Ramadhan. Atau karena ini bulan terakhir sebelum Ramadhan yang baru sehingga mereka tidak ada waktu lagi untuk menunda qadha, wallahu a’lam 🙏 []
Penulis : KH. Zainul Mu’in Lc. (Dosen Ma’had Aly Nurul Jadid)