Pada kamis (04/02) ini, Mahad Aly Nurul Jadid mengadakan acara seminar nasional bedah pemikiran Kiai Afifuddin Muhajir. Kegiatan yang dibawahi oleh pengurus Badan Eksekutif Mahasantri (BEMs) Ma’had Aly Nurul Jadid ini mengangkat tema “bedah pemikiran kiai Afifuddin Muhajir: Apresiasi dan Kritik”.
Menurut Alfin Haidar Ali selaku ketua panitia mengungkapkan, tujuan dari adanya kegiatan ini adalah untuk merespon penganugrahan gelar kehormatan Honoris Causa (HC) di bidang fiqih-ushul fiqih oleh Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang.
“Selain itu, hal ini juga merupakan bentuk apresiasi atas kapasitas keilmuan kiai Afifuddin Muhajir bukan hanya milik Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo. Akan tetapi juga milik Nahdlatul Ulama (NU) atau pesantren secara umum. Apalagi kiai Afif juga menjabat sebagai majelis masyayikh di Asosiasi Ma’had Aly se-indonesia (AMALI).” Ungkap santri yang biasa dipanggil Alfin tersebut.
Masih menurut Alfin, ia berharap agar acara ini dapat menjadikan fan disiplin keilmuan fikih-ushul fikih menjadi populer di kalangan masyarakat secara luas. “karena tak sedikit kalangan yang menganggap tabu mendalami kajian ilmu ushul fikih ini.” Ujarnya.
Acara yang dimulai berkisar pukul 09.15 WIB tersebut mengundang tiga narasumber. Pertama adalah Ust. Ahmad Husain Fahasbu. Santri Kiai Afifuddin Muhajir yang sedang mengabdi di Ma’had Aly Nurul Jadid. Pembahasan Ust. Husain adalah Biografi Sosial Intelektual Dr. (HC) KH. Afifuddin Muhajir : Dari konsep Fiqih Tata Negara hingga Nalar Fikih Moderat.
Kedua adalah Bpk. Ahmad Sahida, Ph. D. Dosen Pasca Sarjana Universitas Nurul Jadid. Ia membahas Konsep Fiqih Tata Negara Dr. (HC) KH. Afifuddin Muhajir: Telaah Filosofis & Sosiologis.
Ketiga Dr. Muhammad Imdad Rabbani, M. Th. I. Mursyid (Dosen, red) Ma’had Aly Nurul Jadid. Gus Imdad membahas: Dr. (HC) KH. Afifuddin Muhajir, Kitab Kuning dan Tradisi Akademik.
Berkisar pukul 13.10 WIB acara berakhir. Ditengah-tengah penyajian, bapak Ahmad Sahida akan memberikan dua buku terbarunya pada dua peserta seminar karena atribut pakaian yang mereka bercirikan ke-NU-an.