Pertemanan bukanlah hal yang bisa dianggap sepele apalagi di akhir zaman ini. Karena teman tak akan luput dari kehidupan seseorang, seperti ketika masa kanak-kanak, masa remaja dan juga sampai masa tua pun teman masih berperan penting. Teman bisa dijadikan tempat bertukar pendapat, sebagai tempat mengadu masalah dunia bahkan masalah akhirat. Di dalam kitab Al-Bajuri kata “teman” didefinisikan.
وَهُوَ مَنْ يَفْرَحْ لِفَرْحِكَ وَ يَحْزَنْ لِخُزْنِكَ
“seseorang yang senang sebab kau senang dan sedih sebab kesedihanmu.”
Banyak sekali ulama yang berpendapat tentang pertemanan seperti guru kita, yaitu K.Imdad Rabbani. Di suatu seminar beliau pernah berdawuh, “kita bebas beteman dengan siapa pun” ujar beliau ketika seminar ngaji nasional. Perkataan beliau ini sangat selaras dengan perkataan Imam As-Sayafi’i dalam kitab Al-Bajuri :
مَنْ طَلَبً صَدِقًا مِنْ غَيْرِ عَيْبٍ فَقَدْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ
“barang siapa yang mencari teman tanpa adanya aib maka sungguh dia telah melelahkan terhadap dirinya.”
Bisa kita pahami dari perkataan Syekh Fadil Ibrahim Al-Bajuuri, bahwasanya kita tak boleh membatasi diri kita untuk mengenal siapapun, baik dia orang yang baik budi pekertinya maupun orang yang buruk budi pekerti, selama kita bisa membatasi diri kita antara pertemana dan agama, justru dengan ikatan pertemanan kita bisa lebih leluasa menasihati teman kita yang tidak benar menurut agama, sebagai mana di dalam Al-Quran surat Al-Ashr, “sesungguhnya manusia dalam kerugian kecuali orang-orang yang beriman dan yang berbuat baik serta saling menasihati dalam hal kebenaran, dan saling menasihati untuk sabar.”
Oleh karena itu sebaik-baiknya teman yaitu yang bisa menasihati kita untuk kebenaran agama, yang tujuanya, teman kita tak hanya menemani kita di dunia tapi juga menemani kita sampai akhirat kelak.
Kita hidup di dunia tak akan lengkap dengan ada-nya teman. Seperti salah satu dari banyaknya definisi manusia yaitu manusia adalah hewan sosial. Yang mana ini sangat berkaitan dengan firman Allah S.W.T dalam Al-Quran surat Al-Hujurat yaitu :
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ 13.
Artinya:Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.
Maka dari di atas bisa kita pahami, manusia dengan Allah SWT. diciptakan berbed-beda untuk saling kenal. Kata “saling kenal” bisa diartikan banyak. Diantaranya adalah teman, saudara ataupun pasangan.
Anjuran berteman juga banyak dijelaskan oleh ulama, terutama ulama salafi. Salah satunya Sekh Ibnu Attaillah as-Sakandari dalam kitabnya Al-Hikam: ”berteman dengan orang bodoh yang tidak rela dengan kebodohanya lebih baik bagimu dari pada berteman dengan orang pintar yeng rela dengan kepintarannyan.”
Dan masih banyak lagi ulama yang membahas tentang pertemanan yang semuanya tak luput dari kebebasan untuk berteman dengan banyak orang tanpa harus memandang perbedaan, justru karena perbedaan itu yang menuntut kita untuk mencari kesamaan sebagai sesama umat Islam, sebagai warga negara yang sama atau sebaga sesama manusia.