jumat, 4 Juli 2025 — Suatu kehormatan besar bagi Media Center Ma’had Aly Putri dapat menghadiri undangan acara Ngaji Literasi yang diselenggarakan oleh Badan Informasi dan Penerbitan (BIP), lembaga pers dari MA Nurul Jadid Peminatan Keagamaan. Acara ini turut mengundang seluruh lembaga pers di lingkungan Pondok Pesantren Nurul Jadid dan berlangsung di Aula Mini PP. Nurul Jadid.

Dengan mengusung tema “Kitabku, Ceritaku: Menulis dengan Rasa, Literasi ala Tafaqquh Fi Din”, BIP menghadirkan sosok inspiratif: Kiai M. Faizi, seorang penulis, penyair, sastrawan, musisi, sekaligus kiai yang berasal dari Pondok Pesantren An-Nuqayyah, Sumenep, Madura.

Kehadiran Kiai M. Faizi menghadirkan suasana yang hangat dan penuh semangat. Aula Mini PP. Nurul Jadid dipenuhi dengan tawa, cerita, dan pertukaran pengalaman yang memperluas cakrawala berpikir para peserta. Bukan sekadar membahas literasi dalam pengertian umum. Dalam pemaparannya, Kiai M. Faizi menekankan bahwa literasi dan menulis juga bagian dari kewajiban menuntut ilmu bagi seorang muslim. Hal ini selaras dengan sabda Rasulullah SAW:

طلب العلم فريضة على كل مسلم ومسلمة

“ Mencari ilmu adalah kewajiban bagi semua umat muslim dan muslimah.”

Tuturnya, “literasi bukan sekadar tentang baca buku, tapi tentang mencintai, memahami, dan mengamati bacaan disetiap lembarannya.

Kiai M. Faizi telah menapaki dunia kepenulisan sejak usia kecil, sehingga tidak heran banyak tulisan yang sudah beliau hasilkan. Beberapa buku mencakup puisi, kumpulan esai, dan perjalanan hidup beliau, diantaranya Safari (2000), Celoteh Jalanan (2017), Duli di Terompah Nabi (2024), Tirakat Jalanan (2024), Melihat Indonesia dari Angkutan Umum (2025) sampai yang best seller  yakni Merusak Bumi di atas Meja Makan..

Beliau juga menjelaskan bahwa literasi sejatinya bukan tentang siapa yang paling banyak membaca buku, melainkan siapa yang paling tekun dan konsisten dalam membaca. Demikian pula dalam menulis bukan karena keterpaksaan, tetapi karena rasa dan cinta. “Menulis harus dengan hati,” tutur beliau, “sebagaimana ketika menulis buku anak-anak, penulis harus mampu merasakan menjadi anak-anak itu sendiri.”

Dalam sesi tersebut, Kiai M. Faizi juga membagikan panduan sederhana namun bermakna tentang  tutorial cara membaca buku. Menurut beliau, membaca bisa dibagi ke dalam dua kondisi, pertama, Karena dadakan, kedua, Karena penting. “Semua buku itu penting untuk dibaca,” tutur beliau, “tetapi yang lebih penting adalah mengetahui bacaan mana yang saat ini paling kita butuhkan.” Prinsip ini, lanjut beliau, tidak hanya berlaku saat membaca buku umum, tetapi juga ketika membaca kitab kuning.

Liwa Hurriyati, Mahasantri Aktif Ma’had Aly Nurul Jadid

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *